A.Pengertian Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni.
Iptek
merupakan singkatan dari ilmu Pengetahuan dan teknologi.Menurut Kamus besar
Bahasa Indonesia,iptek adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang
berkenaan dengan hasil industri.Seni dalam KBBI adalah kecakapan batin (akal)
yang luar biasa yang dapat mengadakan,menciptakan sesuatu yang luar biasa
Dalam ilmu filsafat ilmu,pengetahuan,dan ilmu sangat
berbeda maknanya.Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifisikasikan,diseistematisasi dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan
kebenaran yang objektif serta sudah diuji kebenarannya secar ilmiah.Sedangkan
pengetahuan adalah apa saja yang diketahui manusia.
Jadi ilmu pengetahuan dan sains adalah himpunan
pengetahuan manusia yang diumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar
dan diterima oleh akal sehat.
Sumber ilmu pengetahuan yaitu akal dan wahyu.Keduanya
tidak boleh dipertentangkan.Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi
dan mutlak kebenarannya,sedangkan ilmu yang bersumber manusia bersifat nisbi (relatif)
karena kebenarannya dapt berubah sesuai berkembangnya iptek.Selanjutnya
teknologi adalah ilmu tentang menerapkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi
manusia.Teknologi membawa dampak negatif dan positif.Dampak positif dari
teknologi yaitu berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia,sedangkan dampak
negatifnya yaitu terjadinya masalah ketimpangan sosial dalam kehidupan
manusia.Maka Pengembangan iptek haruslah senantiasa pada jalur nilai keimanan
dan kemanusian.
Adapun tentang seni yaitu pengungkapan perasaan
manusia.Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang bias menjadi bagian dari
budaya.Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki berdasarkan kebenaran dan budaya memiliki nilai yang sama
yaitu keabadian.Dan seni yang lepas dari nilai-nilai Ketuhanan tidak akan abadi
karena ukurannya adalah hawa nafsu,bukan akal budi.
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran,moral,aqidah
dan syariah senantiasa mengukur segala sesuatu dengan pertimbangan ilmu
pengetahuan,teknologi dan seni.Oleh karenanya seni yang bertentangan atau
merusak moral,akidah dan syariah tidak akan diakui sebagai hal yang bernilai
seni.Dengan demikian seni untuk seni dapt diterima di islam.
Dari kesemuanya itu seharusnya temuan iptek dan seni
dapat menambah keimanan manusi kepada Allah,bukan semakin angkuh dan sombong.
Barokallah.
B. Integrasi Agama, Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) dan Seni
Menurut Islam, ilmu pada hakekatnya
tidak bersifat dikotomik seperti : ilmu agama-ilmu umum, ulama-intelektual,
madrasah-sekolah, santri-pelajar dan sebagainya. Menurut Al-Qur’an, dua ayat
Allah dihadapkan kepada manusia:
Ü Ayat al-kauniyah (alam semesta dan manusia: individu, komunal dan temporalnya)
Ü Ayat al-qauliyah (Al-Qur’an dan sunnah rasul)
Interpretasi manusia terhadap fenomena kauniyah melahirkan ilmu pengetahuan: biologi, fisika, kimia, sosiologi, antropologi, komunikasi, ilmu politik, sejarah dan lain-lain. Interpretasi manusia terhadap fenomena qauliyah melahirkan pemahaman agama (actual). Kebenaran hakiki dan sumber ilmu ialah pada Allah swt. Ilmu harus difungsikan sesuai dengan petunjuk Allah swt.
Ü Ayat al-kauniyah (alam semesta dan manusia: individu, komunal dan temporalnya)
Ü Ayat al-qauliyah (Al-Qur’an dan sunnah rasul)
Interpretasi manusia terhadap fenomena kauniyah melahirkan ilmu pengetahuan: biologi, fisika, kimia, sosiologi, antropologi, komunikasi, ilmu politik, sejarah dan lain-lain. Interpretasi manusia terhadap fenomena qauliyah melahirkan pemahaman agama (actual). Kebenaran hakiki dan sumber ilmu ialah pada Allah swt. Ilmu harus difungsikan sesuai dengan petunjuk Allah swt.
Katakanlah:
"Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah, kemudian
kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu
berada dalam penyimpangan yang jauh?" (QS. Fushshilat/41:53)
”Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali-Imran/3:164).
Dalam perspektif islam, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang
telah di berikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam
pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana
proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau
menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam hukum Allah).
Seharusnya temuan-temuan baru di
bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah, bukan
semakin angkuh dan menyombongkan diri.
Dalam pandangan Islam, antara agama,
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan
dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Di
dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan
kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan
dalam Al-Qur’an
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap
muslim dengan seizin Tuhan-nya. Allah menbuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.”(S.Ibrahim/14:24-25)
Ayat di atas menganalogikan bangunan
Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar
dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang
pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari
pohon itu yang identik dengan teknologi dan seni. Pengembangan IPTEK yang lepas
dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan
menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri.
Ilmu-ilmu
yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan
memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia termasuk bagi
lingkungannya.
Berbeda
dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk
kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim
kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah)
di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi
seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran
yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai
gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah.
Yang paling terkenal adalah ayat:
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)
“Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 )
Bagi
umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda)
ke-Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang
diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para
Rasul Allah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah
(fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari,
diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu dan akal) akan
semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada
Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan
segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas
satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata
uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling
memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam
yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman
dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang
menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah
tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik
wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
Karena alam semesta (yang dipelajari melalui ilmu
pengetahuan), dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah saw
(yang dipelajari melalui agama) , adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan
perwujudan/tajaliyat) Allah swt, maka tidak mungkin satu sama lain saling
bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber
yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
C.Keutamaan Orang yang berilmu
1.Pengertian ilmu pengetahuan
Kata ilmu dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Arab yaitu “ilm” yang merupakan kata jadian dari alima
yang berarti tahu atau mengetahui.Kata ilm dalam bahasa Arab dapat
diartikan sebagai pengetahuan tentang tanda (ayat) atau mengetahui ayat.
Yang dimaksud dengan tanda atau ayat dalam konteks ilmu pengetahuan
adalah fenomena –fenomena alam dengan segala isinya.
Sedangkan
arti kata ilmu dalam kamus besar bahasa indonesia hal 437 disebutkan ilmu
adalah pengetahuan atau kepandaian baik tentang segala yang masuk jenis
kebatinan maupun yang berkenaan dengan keadaan alam dsb,pengetahuan mengenai segala sesuatu. `
Jadi ilmu merupakan suatu rahmat dan kemuliaan yang diberikan kepada
siapa saja yang dikehendaki oleh Allah swt. Orang yang diberikan kesempatan
oleh Allah swt memiliki ilmu yang banyak maka dia sesungguhnya telah
mendapatkan suatu anugrah dan manfaat yang besar sekali dengan ilmunya
tersebut. Karena dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup
ini secara benar dan hakiki.Sehingga di dalam hidup dia dapat melewati segala
sesuatu dengan baik dan benar dengan cara berfikir logis.
Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya amal ibadah, yaitu ibadah sunah,maka ilmu akan lebih bermanfaat jika kita dapat menularkan kepada orang lain disekitar kita sehingga menuju ke jalan kebaikan karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi sesama.Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ( Az-zumar : 9 )
Tidaklah sama perumpamaan orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, atau kata lainnya yaitu orang yang pintar dengan orang yang bodoh, sebagaimana tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk bagi manusia yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan dan kesempitan dunia ini. Disamping itu ilmu juga sebagai akses utama untuk menuju ridho Allah swt,dengan nya Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu dengan kemuliaan yang banyak sekali. Allah swt berfirman:niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ( Al-Mujadalah : 11 )
Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya amal ibadah, yaitu ibadah sunah,maka ilmu akan lebih bermanfaat jika kita dapat menularkan kepada orang lain disekitar kita sehingga menuju ke jalan kebaikan karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi sesama.Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ( Az-zumar : 9 )
Tidaklah sama perumpamaan orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, atau kata lainnya yaitu orang yang pintar dengan orang yang bodoh, sebagaimana tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk bagi manusia yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan dan kesempitan dunia ini. Disamping itu ilmu juga sebagai akses utama untuk menuju ridho Allah swt,dengan nya Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu dengan kemuliaan yang banyak sekali. Allah swt berfirman:niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ( Al-Mujadalah : 11 )
Berikut ini merupakan keutamaan orang yang berilmu :
a.Menunjukan
Kebenaran
Ilmu Pengetahuan berisi
kebenaran ilmiah,yaitu fakta yang disusun,dianilisis,dan disimpulkan secara
metodologis.Kebenaran ilmiah yang memiliki parameter yang jelas,sehingga dapat
diukur dan diuji oleh siapapun.Namun demikian,tingkat kebenaran ilmiah tetap
terbatas dan sementara,karena bergantung pada data yang ditemukan dan penemuan
data berkembang terus tanpa batas.
b.Mengenal kabaikan
Diantara masalah pokok yang
menjadi ilmu pengetahuan adalah terjabarkannya hukum sebab akibat.Apa yang
menjadi sebab suatu kasus tersebut seandainya dilakukan tindakan tindakan
tertentu. pengetahuan memberikan
prediksi atau kebijakan tertentu.Secara alamiah,akal manusia denagn kemampuan
fitrahnya mampu mengenal kebaikan atau keburukan berdasarkan pengalaman hidup
pribadi maupun orang lain,tetapi kemampuan alamiah tersebut sanagt terbatas
jangkauan maupun identitasnya.Apalagi penilaian manusia sering dipengaruhi oleh
keentingan-kepentingan tertentu.
c.meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan
Bumi beserta isinya
diciptakan oleh Allah mengandung berbagai kekayaan alam,dan disediakan untuk
kepentingan manusia.Allah berfirman dalam surat al baqarah ayat 29 “Dia-lah
Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak
(menciptakan) langit,lalu dijadikan Nya tujuh langit.Dan dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.
Besarnya kekayaan alam hanya
dapat diketahui,dideteksi dan diolah atau dilakukan eksplorasi secara baik
apabila manusia memiliki ilmu pengetahuan dan mengembangkan teknologi secara
baik.Dan tidak mungkin pula kandungan kekayaan di bumi dan diangkasa raya sana
tidak mungkin diekplorasi tanpa menngunakan teknologi yang canggih.Pengusaan
ilmu dan teknologi dapat menunjukan tingkat kesejahteraan suatu
masyrakat,semakin tinggi pengusaan iptek maka makan tinggi tingkat
kesejahteraan masyarakat tersebut,sebalik nyamakin rendah penguasaan iptek nya
maka makin rendah tingkat kesejahteraan hudup masyarakat tersebut.Karena itu
Allah memerintahkan untuk menggali karunia-nya itu untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya,Allah berfirman dalam surat al-Jumu’ah ayat 62:”Apabila
telah ditunaikan shalat,maka bertebaranlah kamu di muka bumi,dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.bahkan
Allah pun menjanjikan rizki-Nya di langit bagi manusia,sabagaimana Dia nyatakan
: Manusia diciptakan oleh Allah dari tanah, dan Allah menempatkan manusia di
bumi agar ia memakmurkan bumi ini untuk kepentingan hidupnya.
d. Meningkatkan Harkat dan
Martabat Manusia
Ilmu pengetahuan laksana
pelita dalam kegelapan.Ilmu pengetahuan menunjukkan manusia apa yang harus
diperbuatnya,mana yang benar mana yang salah,mana yang baik dan mana yang
buruk.Karena ilmu pengetahuan lah Adam Lebih unggul dari malaikat.Orang yang
berilmu akan menjadi rujukan,tempat bertanya orang-oarng yang tidak
mengetahui.Ia akan menjadi panutan.Karena itu orang yang berilmu akan dihormati
dan disegani oleh orang lain.Allah juga akan mengangkat derajad orang yang
berilmu sepanjang meraka juga beriman,sebagai mana dinyatakan dalam firman-Nya
“...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang berilmu pengetahuan beberapa derajad.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(surat al-Mujadilah ayat 58)
e.Menumbuhkan dan
Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban
Manusia memiiki hak dan
kewajiban,baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.Hak akan dimanfaatkan
secara baik,begitu pula kewajiban akan ditunaikan secara baik pula apabila ia
mengetahui apa yang menjadi haknya dan apa yang menjadi kewajibannya,bagaimana
cara memperoleh haknya dan bagaimana cara menunaikan kewajibannya.Karena itu diperlukan
ilmu pengetahuan agar seseorang memiliki pengetahuan dan kesadran tentang hak
dan kewajiban tersebut. Allah berfirman didalam surat Fathir ayat 35
“...Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-Nya, hanyalah orang
yang berilmu”.
Banyak orang yang melalaikan
kewajibannya karena ia tidak mengetahui,begitu pula banyak orang yang
kehilangan haknya karena ia tidak mengetahuinya.Lalai terhadap kewajiban sama
meruginya sebagaimana kehilangan hak.ketika banyak penguasa melakukan rakyatnya
dengan semena-mena,merampas hak mereka kemudian timbul gerakan untuk melindungi
hak rakyat kecil.Tetapi mereka lupa,bahwa hak selalu berkaitan dengan
kewajiban.Islam lebih mengedepankan kewajiban daripada hak.Setiap individu
memang dijamin haknya tetapi janganlah hak di kedepankan,kewajibanlah yang
harus di kedepankan baru kemudian menuntut hak.Bahkan islam menganjurkan kepada
umat mmanusia untuk merelakan sebagian haknya bagi orang lainyang sangta
membutuhkannya,apabila ada kelonggaran.
f. Meningkatakan Rasa Percaya
Diri
Orang yang berilmu akan
menyadari bahwa hubungan antar manusia ditentukan oleh posisi dan peran
masing-masing individu dalam interaki sosial.Kesadaran tersebut memberikan
kontribusi yang lebih besar bagi kepentingan sosial karena memberikan rasa
percaya diri kepada orang yang berilmu untuk menjalankan peran dan fungsinya
secara baik.Rasa percaya dirisangat dibutuhkan dalam pergaulan sosial.Percaya
diri memberikan ketenangan menghadapi berbagai persoalan,kejernihan dalam
berfikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan.Rasa percaya diri itu muncul
apabila kita memiliki pengetahuan dalam masalah yang kita hadapi tersebut,maka
kita akan merasa percaya diri dan tidak bingung.
g. Meningkatkan Produktivitas
Kerja
Ilmu pengetahuan
menggambarkan hukum sebab akibat dari fenomena didalam hidup ini dan juga
logika berfikir.Orang yang berilmu pengetahuan memiliki logika berfikir yang
baik,kritis dan logis serta memiliki kemampuan membuat prediksi terhaadap
berbagai kasus.Karena itu orang yang berilmu memilki kemampuan mencari solusi
terhadap berbagai problem yang dihadapi dengan cara yang tepat dan
cepat,memanfaatkan kesempatan secara lebih baik,sehingga lebih efektif dan
efisien dalam bekerja.Apabila ilmu pengetahuan tersebut dilandasi dengan
iman,maka akan menghasilkan etos kerja yang lebih baik sehingga meningkatakan
produktivitas kerja.Keadaan itu dijelaskan oleh Allah ketika memberikan
perbandingan antara orang islam dengan orang non islam sebgaimana firman Allah
dalam surta Ali Imron ayat 110 yang berbunyi “Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh kepada yang ma’ruf,dan mencegah dari
yang munkar,dan beriman kepada Allah”.
h. Memperoleh Amal Jariyah
apabila diamalkan
Ilmu pengetahuan memberikan
manfaat yang besar bagi kehidupan.Kebaikan itu hanya terwujud apabila ilmu
pengetahuan tersebut diamalkan.Karena besarnya manfaat suatu ilmu maka
Rasulullah Saw melarang orang yang memiliki ilmu pengetahuan menyembunyikan
ilmu pengetahuannya tersebut dan menyampaikan kepada orang lain wlaupun satu ayat.Hal
ini dibuktikan didalam Hadits riwayat Bukhari “Sampaikan apa yang datang dariku
walaupun satu ayat,dan beritakanlah apa datang dari bani israel dan tidak ada
persoalan,dn barangsiapa sengaja membohongiku,maka sedikanlah tempat duduknya
dari api neraka”.
i.memiliki Keunggulan Hidup
Dunia dan Akhirat
Kunci kehidupan dunia dalah ilmu,dan
kunci kehidupan akhirat adalah ilmu.Apabila hadits tersebut dijadikan motto
dalam kehidupan,niscaya dunia ini dapat dikuasai,begitu pula dengan kehidupan
akhiratnya.Orang yang berilmu,ia tahuapa yang harus diperbuat,dan apa yang
harus dihindarkan.Ilmu pengetahuan memberikan kemampuan yang terbaik,baik untuk
meraih kekuasaan,maupun untuk meraih harta kekayaan.Kemampuan itu digambarkan
dalam sebuah hadits tentang kemampuan Nabi Sulaiman “Nabi Sulaiman
diperintahkan untuk memilih antara ilmu, kekuasaan,dan harta.Ia memilih
ilmu,maka diberikanlah kekuasaan dan harta”.
Kini negara-negara maju ilmu
pengetahuan dan teknologinya membuktikan kekuatan dan pengaruhnya didunia,sekalipun
dari segi wilyah maupun penduduk tidak begitu besar.Ilmu pengetahuan memberikan
kekuatan diberbagai bidang ekonomi,militer,politik dan lain-lain.Umat islam
pernah mengalami masa kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi dibandingkan umat
non muslim di berbagai belahan dunia manapun di masa Dinasti Bani Abbas.Para
ilmuan muslim banyak menghasilkan penemuan-penemuan baru diberbagai
bidang.Sebaliknya kemunduran umat islam dan yang membuat umat islam menjadi
lemah adalah kemunduran ilmu pengetahuannya.Karena itu apabila umat islam ingin
maju dan ingin menjadi kuat, maka kunci utamanya adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
D.Tanggung
jawab ilmuan
Seorang ilmuwan setidaknya mempunyai tiga buah
tanggung jawab; yakni: (1) terhadap dirinya sendiri, untuk menyempurnakan
hidupnya; (2) terhadap masyarakat dan lingkungannya; dan (3) teerhadap
perasaan-perasaan batinnya yaitu perasaan-perasaan yang menentukan hal-hal
manakah yang secara hakiki penting dan bermanfaat.
Menurut pandangan neo-Appolonian yang rasionalis,
tanggung jawab terhadap diri sendiri berarti
memperjuangkan karir pribadi. Pada tanggung jawab yang kedua, sang
rasionalis mendesak agar masyarakat dan lingkungannya harus sesuai dengan
pandangannya; kekuatan-kekuatan luar harus selaras dengan sains sehingga
“obyektivitas” dan “kemajuan” dapat tercapai. Tanggung jawab ketiga sering kali
di luar jangkauan. Tapi jika diterimanya juga, maka tanggung jawab ini umumnya
dianggap sebagai paksaan dari luar dalam bentuk yang harus dipatuhi tanpa
pilihan. Bahkan perintah dan larangan agama dianggapnya sebagai sesuatu di luar
dirinya, yang ia patuhi semata-mata hanyalah untuk menyesuaikan diri dengan
kalangan ilmiahnya saja.
Tanggung jawab para ilmuwan itu jika dilihat dari sudut
pandangan rasionalis biasanya berbentuk itilitarianisme kesejahteraan untuk
kalangan terbesar. Pandangan seperti ini tentu meminta pengorbanan
‘’kesejahteraan ‘’ dari kalangan-kalangan tertentu. Ketiga tanggung jawab
ilmuwan rasionalis itu ridak saling berkaitan, ketiga-tiganya berjalan parallel
menuju titik tak terhingga dan akhirnya dilupakan.35)
35) “demikianlah pada garis besarnya. Tetapi yang
lebih sia-sia dan tak berarti adalah dunia yang dikemukakan sains untuk
keyakinan kita. Di dalam dunia itulah cita-cita kita harus diarahkan. Bahkan
manusia adalah produk dari sebab-musabab dan tak mempunyai bayangan mengenai
akhir dari prestasi mereka; bahkan asal usulnya, pertumbuhan, harapan dan
kekuatiran, hal hal yang dicintai dan diyakini hanyalah akibat daripada
benturan –benturan atom yang tidak disengaja ; bahwa tak ada gelora
kepahlawanan, kedalam pikiran dan perasaan, dapat melestarikan kehidupan
seseorang sesudah mati; bahwa perjuangan-perjuangan dari segala zaman, semua pengabdian, semua
inspirasi, semua kecemerlangan dari kejeniusan manusia ditakdirkan punah di
dalam kehancuran seluruhalam semesta, dan bahwa semua tumpukan prestasi semua
umat manusia tak dapat tidak akan terkubur di bawah puing-puing alam semesta-
semua ini, jika masih dapat dipersoalkan, hampir dapat dipastikan bahwa tak ada
filsafat yang menolak – bisa bertahan. Hanya di dalam kebenaran- kebenaran ini,
hanya di atas dasar yang kokoh dari jerih- payah yang tak kenal menyerah,
barulah bisa dibuat tempat kediaman jiwa yang aman “. Bertrand Russell, Mysticism and Logic, Allen & Unwinn,
London , 1910.
Sebaliknya para ilmuwan “mistik” memandang ketiga buah tanggung jawab tersebut
sebagai sebuah keutuhan yang terkoordinir, yang pada garis besarnya terfokus
kepada kepada masyarakat beserta lingkungannya dan bergantung kepada jenis mistisime itu (sufi, Buddis, cahaya
Ilahi, Katholik) dan kepada pengertiannya mengenai akhirat. Mistisisme adalah
suatu cara untuk mengendalikan diri sendiri, menyadari pengalaman batin,
ketulusan hati kehadiran Tuhan di dalam setiap perbuatan dan pikiran, kemuadian
berusaha untuk semakin mencintai tuhan. Tapi bagi seorang mistik, kesaksian atas keyakinan-keyakinan itu saja
tidak ada gunanya. Ia harus beraspirasi untuk menyerap keyakinan-kayakinan itu
dan dihayatinya sebagai realitas. Walaupun posisi mistisisme itu cukup menarik,
tetapi masih menimbulkan kesangsian-kesangsian. Berabad0abad mistisime tak
pernah mempunyai posisi yang kuat di dalam kehidupan social dan kehidupan beragama di dunia Barat. Namun potensi
mistisime masih hidup hingga saat ini. Jika timbul krisis dahsyat di dalam
peradaban yang bertekhnologi tinggi ini maka aliran-aliran mistis dan
agama-agama yang entusias pasti akan tampil kedepan. Tapi tanpa disiplin
tradisi, aliran-aliran mistis dan agama-agama itu dengan mudah berubah wataknya
menjadi aneh dan distruktif. Dengan demikian pendekatan kalangan neo- Dionysian
terhadap ilmu pengetahuan adalah sebagai reaksi yang berlebih-lebihan terhadap
keburukan-keburukan di dalam etika ilmiah kontemporer.
Islam hadir dengan sebuah pandangan yang seimbang di
antara pandangan-pandangan neo-Dionysian dengan neo-Apollonian. Pandangan Islam
ini jelas sekali terlihat dalam pengertiannya mengenai waktu. Menurut filsafat rasionalis waktu adalah sebuah
gerakan linier; bagi ilmuwan-ilmuwan tertentu, waktu berhenti bersama-sama
dengan datangnya ajal. Sesudah mati, waktu tidak ada lagi, setidak-tidaknya
sehunbungan dengan identitas diri mereka sendiri. Sedangkan para mistikus,
hanya keyakinan-keyakinan mengenai kehidupan sesudah mati yang dapat membuat
hidup di dunia ini berarti. Islam mengemukakan sintesa dari kedua pandangan di
atas. Hidup di dunia ini adalah hidup didalam waktu, sementara akhirat adalah
hidup di dalam keabadian, di mana kita bisa melampaui batas-batas ruang, waktu
dan hubungan sebab-akibat. Kita harus memandang hidup sebagai sebuah tenunan di
mana waktu dan keabadian saling terjalin. Pandangan Islam ini membawa kesatuan
dalam hidup individu dan membentuk sains dan masyarakat menjadi suatu keutuhan
yang terkoordinir, suatu keutuhan dimana masing-masing saling isi mengisi dan
di mana tidak ada individu yang terpaksa mengorbankan
kepentingan-kepentingannya. Konsep hidup seperti ini mendamaikan konsep-konsep yang saling
bertentangan dari seintesisme, altruism, dan egoisme.
Bila ketiga buah tanggung jawab ilmuwan itu dilihat
dalam konteks hidup yang lebih luas, yaitu hidup di dunia dan akhirat, maka
tanggung jawab kepada diri sendiri beserta disiplin-disiplinnya itu tak hanya
berkepentingan dengan hidupnya yang sementara ini tetapi juga berkepentingan
dengan bagian-bagian yang tak terlihat di dalam eksistensinya. Ia akan melihat
bahwa kesejahteraan pribadinya sangat berkaitan dengan pertumbuhan
kepribadiannya di dalam keadabian akhirat, sehingga ia akan memandang
kepribadian itu menurut pengalaman-pengalaman batin. Semua perubahan di dalam
lingkungan luarnya, menurut pandangannya itu, akan mengakibatkan perubahan di
dalamnya, atau “konveksi” batinnya. Sikapnya terhadap masyarakat akan
berorientasi sama. Bila sampai kepada kategori ketiga maka ia akan memandang
tanggung jawab , tanggung jawab itu sebagai sesuatu yang tak dapat dipisahkan
dari dirinya, tidak dipaksakan dari luar, tetapi identik dengan sesuatu yang
dimilikinya di dalam dirinya. Maka ketiga jenis tanggungjawab ini akan tampak
sebagai tiga buah garis yang berbeda, yang semuanya menuju cita-cita moral yang
sama. 36)
Maka usaha mencari “keselamatan pribadi” dapat
menyebabkan peningkatan taraf social dan kemajuan metafisis. Tetapi susila yang
ditafik dari “jalinan hidup dan keabadian” itu jangan sampai
dipersonalisasikan, misalnya seperti yang disarankan oleh filsafat
neo-Dionysian, maupun maupun dilembagakan. Susila itu harus dimasyarakankan,
Memasyarakatkan hokum-hukum susila meminta agar kesusilaan itu dihilangkan
sifat pribadinya, sebuah perubahan di dalam tujuan hidup bersusila dari
keselamatan pribadi menjadi kesejahteraan dan keharmonisan social.
36. untuk keterangan yang sedikit lebih terperinci
lihat lihat Basyir Ahmad, Qur’anic
Ethics, Institute of Islamic
Culture, Lahore.
Daftar
Pustaka
Buku
Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi oleh Wayuddin, Achmad, M. Ilyas,
M. Saifullah, Z. Huhibbin.
Poerwadarminta,W.J.S.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta.Balai pustaka
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar