Minggu, 17 Juni 2012

IPTEK SENI ISLAM


A.Pengertian Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni.

Iptek merupakan singkatan dari ilmu Pengetahuan dan teknologi.Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia,iptek adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri.Seni dalam KBBI adalah kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat mengadakan,menciptakan sesuatu yang luar biasa
Dalam ilmu filsafat ilmu,pengetahuan,dan ilmu sangat berbeda maknanya.Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifisikasikan,diseistematisasi dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran yang objektif serta sudah diuji kebenarannya secar ilmiah.Sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang diketahui manusia.
Jadi ilmu pengetahuan dan sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang diumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar dan diterima oleh akal sehat.
Sumber ilmu pengetahuan yaitu akal dan wahyu.Keduanya tidak boleh dipertentangkan.Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi dan mutlak kebenarannya,sedangkan ilmu yang bersumber manusia bersifat nisbi (relatif) karena kebenarannya dapt berubah sesuai berkembangnya iptek.Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang menerapkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi manusia.Teknologi membawa dampak negatif dan positif.Dampak positif dari teknologi yaitu berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia,sedangkan dampak negatifnya yaitu terjadinya masalah ketimpangan sosial dalam kehidupan manusia.Maka Pengembangan iptek haruslah senantiasa pada jalur nilai keimanan dan kemanusian.
Adapun tentang seni yaitu pengungkapan perasaan manusia.Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang bias menjadi bagian dari budaya.Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki berdasarkan  kebenaran dan budaya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.Dan seni yang lepas dari nilai-nilai Ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu,bukan akal budi.
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran,moral,aqidah dan syariah senantiasa mengukur segala sesuatu dengan pertimbangan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni.Oleh karenanya seni yang bertentangan atau merusak moral,akidah dan syariah tidak akan diakui sebagai hal yang bernilai seni.Dengan demikian seni untuk seni dapt diterima di islam.
Dari kesemuanya itu seharusnya temuan iptek dan seni dapat menambah keimanan manusi kepada Allah,bukan semakin angkuh dan sombong.
Barokallah.

B. Integrasi Agama, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Seni

Menurut Islam, ilmu pada hakekatnya tidak bersifat dikotomik seperti : ilmu agama-ilmu umum, ulama-intelektual, madrasah-sekolah, santri-pelajar dan sebagainya. Menurut Al-Qur’an, dua ayat Allah dihadapkan kepada manusia:
Ü Ayat al-kauniyah (alam semesta dan manusia: individu, komunal dan temporalnya)
Ü Ayat al-qauliyah (Al-Qur’an dan sunnah rasul)
Interpretasi manusia terhadap fenomena kauniyah melahirkan ilmu pengetahuan: biologi, fisika, kimia, sosiologi, antropologi, komunikasi, ilmu politik, sejarah dan lain-lain. Interpretasi manusia terhadap fenomena qauliyah melahirkan pemahaman agama (actual). Kebenaran hakiki dan sumber ilmu ialah pada Allah swt. Ilmu harus difungsikan sesuai dengan petunjuk Allah swt.
Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?" (QS. Fushshilat/41:53)
”Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali-Imran/3:164).
Dalam perspektif islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang telah di berikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam hukum Allah).
Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an
 “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap muslim dengan seizin Tuhan-nya. Allah menbuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”(S.Ibrahim/14:24-25)
Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang ilmu  pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu yang identik dengan teknologi dan seni. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia termasuk bagi lingkungannya.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 )
Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda) ke-Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasul Allah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu dan akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
Karena alam semesta (yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan), dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah saw (yang dipelajari melalui agama) , adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah swt, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

C.Keutamaan Orang yang berilmu
1.Pengertian ilmu pengetahuan
Kata ilmu dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yaitu “ilm” yang merupakan kata jadian dari alima yang berarti tahu atau mengetahui.Kata ilm dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang tanda (ayat) atau mengetahui ayat. Yang dimaksud dengan tanda atau ayat dalam konteks ilmu pengetahuan adalah fenomena –fenomena alam dengan segala isinya.
Sedangkan arti kata ilmu dalam kamus besar bahasa indonesia hal 437 disebutkan ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian baik tentang segala yang masuk jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan keadaan alam dsb,pengetahuan mengenai segala sesuatu.                                                                                  `
Jadi ilmu merupakan suatu rahmat dan kemuliaan yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah swt. Orang yang diberikan kesempatan oleh Allah swt memiliki ilmu yang banyak maka dia sesungguhnya telah mendapatkan suatu anugrah dan manfaat yang besar sekali dengan ilmunya tersebut. Karena dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup ini secara benar dan hakiki.Sehingga di dalam hidup dia dapat melewati segala sesuatu dengan baik dan benar dengan cara berfikir logis.
Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya amal ibadah, yaitu ibadah sunah,maka ilmu akan lebih bermanfaat jika kita dapat menularkan kepada orang lain disekitar kita sehingga menuju ke jalan kebaikan karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi sesama.Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ( Az-zumar : 9 )
Tidaklah sama perumpamaan orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, atau kata lainnya yaitu orang yang pintar dengan orang yang bodoh, sebagaimana tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk bagi manusia yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan dan kesempitan dunia ini. Disamping itu ilmu juga sebagai akses utama untuk menuju ridho Allah swt,dengan nya Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu dengan kemuliaan yang banyak sekali. Allah swt berfirman:niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ( Al-Mujadalah : 11 )
Berikut ini merupakan keutamaan orang yang berilmu :
a.Menunjukan Kebenaran
Ilmu Pengetahuan berisi kebenaran ilmiah,yaitu fakta yang disusun,dianilisis,dan disimpulkan secara metodologis.Kebenaran ilmiah yang memiliki parameter yang jelas,sehingga dapat diukur dan diuji oleh siapapun.Namun demikian,tingkat kebenaran ilmiah tetap terbatas dan sementara,karena bergantung pada data yang ditemukan dan penemuan data berkembang terus tanpa batas.
b.Mengenal kabaikan
Diantara masalah pokok yang menjadi ilmu pengetahuan adalah terjabarkannya hukum sebab akibat.Apa yang menjadi sebab suatu kasus tersebut seandainya dilakukan tindakan tindakan tertentu.  pengetahuan memberikan prediksi atau kebijakan tertentu.Secara alamiah,akal manusia denagn kemampuan fitrahnya mampu mengenal kebaikan atau keburukan berdasarkan pengalaman hidup pribadi maupun orang lain,tetapi kemampuan alamiah tersebut sanagt terbatas jangkauan maupun identitasnya.Apalagi penilaian manusia sering dipengaruhi oleh keentingan-kepentingan tertentu.
c.meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
Bumi beserta isinya diciptakan oleh Allah mengandung berbagai kekayaan alam,dan disediakan untuk kepentingan manusia.Allah berfirman dalam surat al baqarah ayat 29 “Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit,lalu dijadikan Nya tujuh langit.Dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Besarnya kekayaan alam hanya dapat diketahui,dideteksi dan diolah atau dilakukan eksplorasi secara baik apabila manusia memiliki ilmu pengetahuan dan mengembangkan teknologi secara baik.Dan tidak mungkin pula kandungan kekayaan di bumi dan diangkasa raya sana tidak mungkin diekplorasi tanpa menngunakan teknologi yang canggih.Pengusaan ilmu dan teknologi dapat menunjukan tingkat kesejahteraan suatu masyrakat,semakin tinggi pengusaan iptek maka makan tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut,sebalik nyamakin rendah penguasaan iptek nya maka makin rendah tingkat kesejahteraan hudup masyarakat tersebut.Karena itu Allah memerintahkan untuk menggali karunia-nya itu untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,Allah berfirman dalam surat al-Jumu’ah ayat 62:”Apabila telah ditunaikan shalat,maka bertebaranlah kamu di muka bumi,dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.bahkan Allah pun menjanjikan rizki-Nya di langit bagi manusia,sabagaimana Dia nyatakan : Manusia diciptakan oleh Allah dari tanah, dan Allah menempatkan manusia di bumi agar ia memakmurkan bumi ini untuk kepentingan hidupnya.
d. Meningkatkan Harkat dan Martabat Manusia
Ilmu pengetahuan laksana pelita dalam kegelapan.Ilmu pengetahuan menunjukkan manusia apa yang harus diperbuatnya,mana yang benar mana yang salah,mana yang baik dan mana yang buruk.Karena ilmu pengetahuan lah Adam Lebih unggul dari malaikat.Orang yang berilmu akan menjadi rujukan,tempat bertanya orang-oarng yang tidak mengetahui.Ia akan menjadi panutan.Karena itu orang yang berilmu akan dihormati dan disegani oleh orang lain.Allah juga akan mengangkat derajad orang yang berilmu sepanjang meraka juga beriman,sebagai mana dinyatakan dalam firman-Nya “...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajad.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(surat al-Mujadilah ayat 58)
e.Menumbuhkan dan Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban
Manusia memiiki hak dan kewajiban,baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.Hak akan dimanfaatkan secara baik,begitu pula kewajiban akan ditunaikan secara baik pula apabila ia mengetahui apa yang menjadi haknya dan apa yang menjadi kewajibannya,bagaimana cara memperoleh haknya dan bagaimana cara menunaikan kewajibannya.Karena itu diperlukan ilmu pengetahuan agar seseorang memiliki pengetahuan dan kesadran tentang hak dan kewajiban tersebut. Allah berfirman didalam surat Fathir ayat 35 “...Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu”.
Banyak orang yang melalaikan kewajibannya karena ia tidak mengetahui,begitu pula banyak orang yang kehilangan haknya karena ia tidak mengetahuinya.Lalai terhadap kewajiban sama meruginya sebagaimana kehilangan hak.ketika banyak penguasa melakukan rakyatnya dengan semena-mena,merampas hak mereka kemudian timbul gerakan untuk melindungi hak rakyat kecil.Tetapi mereka lupa,bahwa hak selalu berkaitan dengan kewajiban.Islam lebih mengedepankan kewajiban daripada hak.Setiap individu memang dijamin haknya tetapi janganlah hak di kedepankan,kewajibanlah yang harus di kedepankan baru kemudian menuntut hak.Bahkan islam menganjurkan kepada umat mmanusia untuk merelakan sebagian haknya bagi orang lainyang sangta membutuhkannya,apabila ada kelonggaran.
f. Meningkatakan Rasa Percaya Diri
Orang yang berilmu akan menyadari bahwa hubungan antar manusia ditentukan oleh posisi dan peran masing-masing individu dalam interaki sosial.Kesadaran tersebut memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kepentingan sosial karena memberikan rasa percaya diri kepada orang yang berilmu untuk menjalankan peran dan fungsinya secara baik.Rasa percaya dirisangat dibutuhkan dalam pergaulan sosial.Percaya diri memberikan ketenangan menghadapi berbagai persoalan,kejernihan dalam berfikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan.Rasa percaya diri itu muncul apabila kita memiliki pengetahuan dalam masalah yang kita hadapi tersebut,maka kita akan merasa percaya diri dan tidak bingung.
g. Meningkatkan Produktivitas Kerja
Ilmu pengetahuan menggambarkan hukum sebab akibat dari fenomena didalam hidup ini dan juga logika berfikir.Orang yang berilmu pengetahuan memiliki logika berfikir yang baik,kritis dan logis serta memiliki kemampuan membuat prediksi terhaadap berbagai kasus.Karena itu orang yang berilmu memilki kemampuan mencari solusi terhadap berbagai problem yang dihadapi dengan cara yang tepat dan cepat,memanfaatkan kesempatan secara lebih baik,sehingga lebih efektif dan efisien dalam bekerja.Apabila ilmu pengetahuan tersebut dilandasi dengan iman,maka akan menghasilkan etos kerja yang lebih baik sehingga meningkatakan produktivitas kerja.Keadaan itu dijelaskan oleh Allah ketika memberikan perbandingan antara orang islam dengan orang non islam sebgaimana firman Allah dalam surta Ali Imron ayat 110 yang berbunyi “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh kepada yang ma’ruf,dan mencegah dari yang munkar,dan beriman kepada Allah”.
h. Memperoleh Amal Jariyah apabila diamalkan
Ilmu pengetahuan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan.Kebaikan itu hanya terwujud apabila ilmu pengetahuan tersebut diamalkan.Karena besarnya manfaat suatu ilmu maka Rasulullah Saw melarang orang yang memiliki ilmu pengetahuan menyembunyikan ilmu pengetahuannya tersebut dan menyampaikan kepada orang lain wlaupun satu ayat.Hal ini dibuktikan didalam Hadits riwayat Bukhari “Sampaikan apa yang datang dariku walaupun satu ayat,dan beritakanlah apa datang dari bani israel dan tidak ada persoalan,dn barangsiapa sengaja membohongiku,maka sedikanlah tempat duduknya dari api neraka”.
i.memiliki Keunggulan Hidup Dunia dan Akhirat
Kunci kehidupan dunia dalah ilmu,dan kunci kehidupan akhirat adalah ilmu.Apabila hadits tersebut dijadikan motto dalam kehidupan,niscaya dunia ini dapat dikuasai,begitu pula dengan kehidupan akhiratnya.Orang yang berilmu,ia tahuapa yang harus diperbuat,dan apa yang harus dihindarkan.Ilmu pengetahuan memberikan kemampuan yang terbaik,baik untuk meraih kekuasaan,maupun untuk meraih harta kekayaan.Kemampuan itu digambarkan dalam sebuah hadits tentang kemampuan Nabi Sulaiman “Nabi Sulaiman diperintahkan untuk memilih antara ilmu, kekuasaan,dan harta.Ia memilih ilmu,maka diberikanlah kekuasaan dan harta”.

Kini negara-negara maju ilmu pengetahuan dan teknologinya membuktikan kekuatan dan pengaruhnya didunia,sekalipun dari segi wilyah maupun penduduk tidak begitu besar.Ilmu pengetahuan memberikan kekuatan diberbagai bidang ekonomi,militer,politik dan lain-lain.Umat islam pernah mengalami masa kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi dibandingkan umat non muslim di berbagai belahan dunia manapun di masa Dinasti Bani Abbas.Para ilmuan muslim banyak menghasilkan penemuan-penemuan baru diberbagai bidang.Sebaliknya kemunduran umat islam dan yang membuat umat islam menjadi lemah adalah kemunduran ilmu pengetahuannya.Karena itu apabila umat islam ingin maju dan ingin menjadi kuat, maka kunci utamanya adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

D.Tanggung jawab ilmuan
Seorang ilmuwan setidaknya mempunyai tiga buah tanggung jawab; yakni: (1) terhadap dirinya sendiri, untuk menyempurnakan hidupnya; (2) terhadap masyarakat dan lingkungannya; dan (3) teerhadap perasaan-perasaan batinnya yaitu perasaan-perasaan yang menentukan hal-hal manakah yang secara hakiki penting dan bermanfaat.
Menurut pandangan neo-Appolonian yang rasionalis, tanggung jawab terhadap diri sendiri berarti  memperjuangkan karir pribadi. Pada tanggung jawab yang kedua, sang rasionalis mendesak agar masyarakat dan lingkungannya harus sesuai dengan pandangannya; kekuatan-kekuatan luar harus selaras dengan sains sehingga “obyektivitas” dan “kemajuan” dapat tercapai. Tanggung jawab ketiga sering kali di luar jangkauan. Tapi jika diterimanya juga, maka tanggung jawab ini umumnya dianggap sebagai paksaan dari luar dalam bentuk yang harus dipatuhi tanpa pilihan. Bahkan perintah dan larangan agama dianggapnya sebagai sesuatu di luar dirinya, yang ia patuhi semata-mata hanyalah untuk menyesuaikan diri dengan kalangan ilmiahnya saja.
Tanggung jawab para ilmuwan itu jika dilihat dari sudut pandangan rasionalis biasanya berbentuk itilitarianisme kesejahteraan untuk kalangan terbesar. Pandangan seperti ini tentu meminta pengorbanan ‘’kesejahteraan ‘’ dari kalangan-kalangan tertentu. Ketiga tanggung jawab ilmuwan rasionalis itu ridak saling berkaitan, ketiga-tiganya berjalan parallel menuju titik tak terhingga dan akhirnya dilupakan.35)
35) “demikianlah pada garis besarnya. Tetapi yang lebih sia-sia dan tak berarti adalah dunia yang dikemukakan sains untuk keyakinan kita. Di dalam dunia itulah cita-cita kita harus diarahkan. Bahkan manusia adalah produk dari sebab-musabab dan tak mempunyai bayangan mengenai akhir dari prestasi mereka; bahkan asal usulnya, pertumbuhan, harapan dan kekuatiran, hal hal yang dicintai dan diyakini hanyalah akibat daripada benturan –benturan atom yang tidak disengaja ; bahwa tak ada gelora kepahlawanan, kedalam pikiran dan perasaan, dapat melestarikan kehidupan seseorang sesudah mati; bahwa perjuangan-perjuangan dari  segala zaman, semua pengabdian, semua inspirasi, semua kecemerlangan dari kejeniusan manusia ditakdirkan punah di dalam kehancuran seluruhalam semesta, dan bahwa semua tumpukan prestasi semua umat manusia tak dapat tidak akan terkubur di bawah puing-puing alam semesta- semua ini, jika masih dapat dipersoalkan, hampir dapat dipastikan bahwa tak ada filsafat yang menolak – bisa bertahan. Hanya di dalam kebenaran- kebenaran ini, hanya di atas dasar yang kokoh dari jerih- payah yang tak kenal menyerah, barulah bisa dibuat tempat kediaman jiwa yang aman “. Bertrand Russell,  Mysticism and Logic, Allen & Unwinn, London , 1910.

Sebaliknya para ilmuwan “mistik”  memandang ketiga buah tanggung jawab tersebut sebagai sebuah keutuhan yang terkoordinir, yang pada garis besarnya terfokus kepada kepada masyarakat beserta lingkungannya dan bergantung kepada  jenis mistisime itu (sufi, Buddis, cahaya Ilahi, Katholik) dan kepada pengertiannya mengenai akhirat. Mistisisme adalah suatu cara untuk mengendalikan diri sendiri, menyadari pengalaman batin, ketulusan hati kehadiran Tuhan di dalam setiap perbuatan dan pikiran, kemuadian berusaha untuk semakin mencintai tuhan. Tapi bagi seorang mistik,  kesaksian atas keyakinan-keyakinan itu saja tidak ada gunanya. Ia harus beraspirasi untuk menyerap keyakinan-kayakinan itu dan dihayatinya sebagai realitas. Walaupun posisi mistisisme itu cukup menarik, tetapi masih menimbulkan kesangsian-kesangsian. Berabad0abad mistisime tak pernah mempunyai posisi yang kuat di dalam kehidupan social dan kehidupan  beragama di dunia Barat. Namun potensi mistisime masih hidup hingga saat ini. Jika timbul krisis dahsyat di dalam peradaban yang bertekhnologi tinggi ini maka aliran-aliran mistis dan agama-agama yang entusias pasti akan tampil kedepan. Tapi tanpa disiplin tradisi, aliran-aliran mistis dan agama-agama itu dengan mudah berubah wataknya menjadi aneh dan distruktif. Dengan demikian pendekatan kalangan neo- Dionysian terhadap ilmu pengetahuan adalah sebagai reaksi yang berlebih-lebihan terhadap keburukan-keburukan di dalam etika ilmiah kontemporer.
Islam hadir dengan sebuah pandangan yang seimbang di antara pandangan-pandangan neo-Dionysian dengan neo-Apollonian. Pandangan Islam ini jelas sekali terlihat dalam pengertiannya mengenai waktu. Menurut  filsafat rasionalis waktu adalah sebuah gerakan linier; bagi ilmuwan-ilmuwan tertentu, waktu berhenti bersama-sama dengan datangnya ajal. Sesudah mati, waktu tidak ada lagi, setidak-tidaknya sehunbungan dengan identitas diri mereka sendiri. Sedangkan para mistikus, hanya keyakinan-keyakinan mengenai kehidupan sesudah mati yang dapat membuat hidup di dunia ini berarti. Islam mengemukakan sintesa dari kedua pandangan di atas. Hidup di dunia ini adalah hidup didalam waktu, sementara akhirat adalah hidup di dalam keabadian, di mana kita bisa melampaui batas-batas ruang, waktu dan hubungan sebab-akibat. Kita harus memandang hidup sebagai sebuah tenunan di mana waktu dan keabadian saling terjalin. Pandangan Islam ini membawa kesatuan dalam hidup individu dan membentuk sains dan masyarakat menjadi suatu keutuhan yang terkoordinir, suatu keutuhan dimana masing-masing saling isi mengisi dan di mana tidak ada individu yang terpaksa mengorbankan kepentingan-kepentingannya. Konsep hidup seperti  ini mendamaikan konsep-konsep yang saling bertentangan dari seintesisme, altruism, dan egoisme.
Bila ketiga buah tanggung jawab ilmuwan itu dilihat dalam konteks hidup yang lebih luas, yaitu hidup di dunia dan akhirat, maka tanggung jawab kepada diri sendiri beserta disiplin-disiplinnya itu tak hanya berkepentingan dengan hidupnya yang sementara ini tetapi juga berkepentingan dengan bagian-bagian yang tak terlihat di dalam eksistensinya. Ia akan melihat bahwa kesejahteraan pribadinya sangat berkaitan dengan pertumbuhan kepribadiannya di dalam keadabian akhirat, sehingga ia akan memandang kepribadian itu menurut pengalaman-pengalaman batin. Semua perubahan di dalam lingkungan luarnya, menurut pandangannya itu, akan mengakibatkan perubahan di dalamnya, atau “konveksi” batinnya. Sikapnya terhadap masyarakat akan berorientasi sama. Bila sampai kepada kategori ketiga maka ia akan memandang tanggung jawab , tanggung jawab itu sebagai sesuatu yang tak dapat dipisahkan dari dirinya, tidak dipaksakan dari luar, tetapi identik dengan sesuatu yang dimilikinya di dalam dirinya. Maka ketiga jenis tanggungjawab ini akan tampak sebagai tiga buah garis yang berbeda, yang semuanya menuju cita-cita moral yang sama. 36)
Maka usaha mencari “keselamatan pribadi” dapat menyebabkan peningkatan taraf social dan kemajuan metafisis. Tetapi susila yang ditafik dari “jalinan hidup dan keabadian” itu jangan sampai dipersonalisasikan, misalnya seperti yang disarankan oleh filsafat neo-Dionysian, maupun maupun dilembagakan. Susila itu harus dimasyarakankan, Memasyarakatkan hokum-hukum susila meminta agar kesusilaan itu dihilangkan sifat pribadinya, sebuah perubahan di dalam tujuan hidup bersusila dari keselamatan pribadi menjadi kesejahteraan dan keharmonisan social.
36. untuk keterangan yang sedikit lebih terperinci lihat lihat Basyir Ahmad, Qur’anic Ethics, Institute of  Islamic Culture, Lahore. 
Daftar Pustaka
Buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi oleh Wayuddin, Achmad, M. Ilyas, M. Saifullah, Z. Huhibbin.
Poerwadarminta,W.J.S.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta.Balai pustaka 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar