BAB
I
A.
Pengertian Iman
Sesuai dengan sabda Rasulullah saw, yang di
riwayatkan dari umar sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan oleh malaikat
jibril
“…
Engkau beriman kepada Allah, kepada
malaikat-Nya,kitab-kitab-Nya, kepada
utusan-utusan-Nya, kepada hari kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang
buruk…”(HR muslim)
Iman
selalu berkaitan erat dengan amal saleh. Karena setiap perbuatan harus di
landasi dengan iman di dalam dirinya, karena imanlah yang akan menentukan
balasan yang akan Allah berikan. Artinya, ketika ia melakukan amal saleh,
menunaikan segala kewajiban yang Allah bebankan, maka harus senantiasa didasari
dengan keyakinan akan adanya balasan
terhadap setiap hal yang dilakukan. Ia harus tetap menyadari bahwa Allah lah
yang telah mengaruniakan rahmat-nya sehingga ia masih di beri kesempatan untuk
berbuat baik di muka bumi ini.
Jika kita simpulkan maka iman juga dapat
diartikan juga dengan percaya/yakin.
B.
Wujud Iman
Adapun wujud iman yaitu:
1)
Iman Kepada Allah
Mengenal
kepada Allah adalah hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam
beragama. Bermula dari mengenal Allah maka kita akan mengenali diri kita,
sebagaimana sebagaian atsar shahabat. Dari penganalan terhadap Allah itulah,
keimanan dan ketakwaan kita akan meningkat. Jalan mengenal Allah yang islami
adalah dengan mengoptimalkan akal,fitrah,pendengaran,pengelihatan. Hal inilah
yang akan mampu mendeteksi adanya keberadaan Allah
2)
Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah
Beriman
kepada hal yang ghaib adalah sesuatu yang menjadi cirri-ciri orang yang
bertakwa, sebagaimana firman-Nya:
“…(yaitu) mereka yang beriman kepada yang
gaib…” (QS Al- Baqarah: 3)
Segala
yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera manusia disebut sebagai al-ghaib,
sebaliknya yang dapat dijangkau oleh panca indera manusia adalah as-syahadah.
Malaikat adalah
salah satu makhluk gaib. Secara bahasa mala-ikah adalah bentuk jamak dari
malak,berasal dari mashadar al-alukah yang artinya ar-risalah (misi,pesan).
Malaikat diciptakan Allah SWT dari cahaya. Malaikat adalah makhluk Allah yang
senantiasa patuh terhadap Allah.
3)
Iman Kepada Kitab Allah
Kitab adalahmashadar
dari kata kataba yang berarti menulis. Kitab berarti tulisan atau buku. Kitab
yang dimaksudkan disini adalah kitab –kitab suci Allah yang diturunkan oleh
Allah SWT kepada Rasul-Nya, kitab suci Allah berisi wahyu yakni firman Allah
SWT yang antara lain berisi perintah dan larangan-Nya. Kita wajib mengimani
kitab tersebut sebagaimana firman-Nya”
“ Bukanlah menghadap wajahmu ke arahh timur
dan barat itu suatu kebajikan,akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah,hari kemudian,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi…”
(QS.Al-Baqarah:177)
4)
Iman Kepada Rasul-Nya
Setelah beriman kepada kitabullah, kita diwajibkan beriman kepada
rasul-rasul-Nya. secara bahasa nabi berasal dari kata na-ba artinya yang
ditinggikan, atau kata na-ba-a yang artinya berita. Menurut Ustadz Yunahar
Ilyas,Lc, nabi berarti seseorang yang ditinggikan derajatnta oleh Allah SWT
dengan memberinya wahyusedangkan rasul adalah seorang yang diutus Allah untuk
menyampaikan pesan atau risalah. Setiap rasul adalah seorang nabi, namun
seorang nabi belum tentu seorang rasul.
5)
Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah berakhirnya kehidupan di dunia yang fana ini. Hari
yang ditandai dengan hancurnya alam semesta dan berakhirnya seluruh kehidupan
umat manusia. Kiamat adalah sesuatu yang harus kita imani bakal terjadi. Namun
begitu tak ada seorang pun yang tau kapan terjadinya hari kiamat.
6) Iman Kepada Takdir Baik maupun
Buruk
Yang dimaksud dengan takdir adalah qadha dan qadar. Qadha’ adalah
kehendak atau ketetapan hukum,yakni kehendak dan ketetapan hukum Allah SWT
terhadap segala sesuatunya. Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT
terhadap segala sesuatu
“
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran,,,” (QS.Al-Qomar:49
BAB II
A. Tanda orang beriman
“kamu
tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan
apa pun yang kamu infakkan tentang hal itu. Sungguh Allah maha mengetahui”(QS.Al imran:92)
Dalam ayat ini,
Allah menjelaskan bahwa kadar iman seseorang dapat diukur dengan perbuatan baik
yang ia lakukan. Tanda dan ukuran yang menunjukkan benarnya iman seseorang
adalah kemampuannya untuk menginfakkan sesuatu yang dicintainya demi
kepentingan agama dan masyrakat secara ikhlas. Ia melakukan hal itu
semata-semata untuk memperoleh keridaan Allah SWT.Apabila ia sudah mampu
mendermakan sebagian harta yang
paling
ia banggakan itu,berarti ia telah sampai kepada suatu tingkat kebajikan yang
sempurna dengan memperoleh pahala yang akan
mengantarkannya masuk ke surga.
Tanda orang beriman
juga dapat dilihat dari ikhtiar, meskipun sangat banyak cobaan yang diberikan
oleh Allah tetapi ia selalu percaya,bahwa Allah akan memberikan bantuan. Dan
tidak mungkin Allah memberikan ujian diluar batas kemampuan manusia.
B.
Pengaruh keimanan
Pengaruh
keimanan terhadap kehidupan manusia sangat besar. Di bawah ini dikemukakan
beberapa manfaat tentang keimanan.
1.
Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaaan benda
Orang
yang beriman hanya percaya kepada Allah. kalau Allah hendak memberikan
pertolongan, maka tidak ada kekuatan lain yang dapat menggagalkannya.
Kepercayaan ini dapat menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia atau benda
mati lainnya.
2. Iman menanamkan semangat
berani menghadap maut
Takut menghadapi maut menyebabkan sifat pengecut,
dan manusia menjadi takut mengungkapkan kebenaran karena takut menghadapi
resiko.orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa hidup dan mati ada di tangan
Allah.
Seperti firman Allah
dalam surah An-nisaa’,4:78
“ Dimana sajakamu berada,kematian akan datang mendapatkan kamu
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”
3.iman menanamkan sikap “self
help” dalam kehidupan
Rezeki
atau mata pencaharian memegang penting dalam kehidupan manusia, kadang orang
tidak. Segan melepaskan prinsip, serta menjual kehormatan. Pegangan orang
beriman dalam hal ini
Ialah firman Allah:
“Dan tidak ada satu binatang melatapun
pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya,….” Hud,11:6
4.iman
memberikan ketentraman jiwa
5.iman
melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
BAB
III
A.
Pengertian dan fungsi takwa
Taqwa
(takwa) berasal dari kata waqa, yaqi,
wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara, dan melindungi. Sesuai dengan
makna etimologis tersebut, maka takwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan
yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten
(istipmah). Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah, 2:177. Ayat
tersebut menjelaskan tentang karakteristik orang-orang yang bertakwa, yang
secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori atau indicator
ketakwaan, antara lain:
1. Iman
kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi
2. Mengeluarkan
harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin,
orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dana,
orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan
hamba sahaya.
3. Mendirikan
salat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
4. Menepati
janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara ibadah formal.
5. Sabar
disaat kepayahan, kesusahan dan di waktu perang, atau dengan kata lain memiliki
semangat perjuangan.
Fungsi-fungsi
Taqwa:
1. Akan menjadi manusia yang paling
mulia di sisi Allah
2. Akan menjadi bekal dunia-akhirat
3. Akan di beri jalan keluar dari
segala permasalahan dan diberi rizqi yang tidak terduga
4. Akan menjadi pakaian bathin
5. Akan menjadi manusia yang dapat
membedakan (furqon)
BAB IV
Peran
Iman dan Taqwa dalam problem modern
Peran
Iman dan Taqwa dalam menjawab problem modern. Pengaruh Iman dan Taqwa sangat
berpengaruh besar. Antara Iman dan Taqwa adalah kemuliaan yang telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia yang paling mulia di sisi
Allah.SWT adalah orang-orang yang Taqwa. Iman adalah syarat sedangkan Taqwa
adalah tujuan.
Mantapnya
pemahaman agama, adat dan budaya dalam perilaku sehari-hari menjadi landasan
dasar. Pengembangan melalui program pendidikan, pelatihan, pembinaan keluarga,
institusi serta lingkungan harus sejalin dengan pemantapan Aqidah Agama pada
generasi saat ini atau mendatang. Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya
dengan membanggakan kejayaan masa lalu (glory of the past) melainkan dengan
mengangkat derajat umat melalui kualitas iman dan ilmu.
v
Problem manusia dalam kehidupan
modern, dalam pandangan Islam:
-
Penemuan
Teknologi yang menyebabkan pencemaran lingkungan
-
Hutan
gundul (illegal logging)
-
Habitat
hewan menjadi rusak
-
Pemanasan
global akibat rumah kaca
-
Pulusi
-
Manusia
yang konsumtif, materialistic, ekspoloitatif (dalam bidang ekonomi)
-
Korupsi
-
Melemahnya
jati diri
Dunia
sedang berubah, apalagi diera globalisasi saat ini. Komunikasi antar manusia
menjadi tanpa batas dan bisa diakses oleh siapa saja, secara terbuka atau pun
tersamar. Kemajuan ilmu teknologi, komunikasi, kebudayaan, ekonomi dan politik
serta transportasi, telah menjadikan dunia sebagai “desa besar”.
Semakin
bertambahnya zaman pasti ada perubahan!. Baik dalam moral, agama dan budaya
maupun dalam segi social kehidupan di dalam masyarakat. Dan yang utama dalam
segi agama, kepercayaan dan keyakinan sehingga dalam segi iman dan taqwa pun
berkurang.
v
Adapun peran iman digunakan dalam
era modern saat ini:
-
Iman
sebagai filter informasi secara obyektif dan cerdas sesuai ajaran Islam
7
-
Iman
sebagai pertahanan dan adaptasi arus budaya globlal yang kurang dengan budaya local dan ajaran
Islam
-
Iman
sebagai alat untuk memilih dan
menggunakan alat teknologi untuk kepentingan diri sendiri, public, dan kedepan
-
Iman
sebagai filter dan pegangan dalam bersosialisasi
-
Iman
sebagai alat untuk memilih dan dan menyaring system dan implementasi
perekonomian yang dijalani secara pribadi & lingkungan sesuai sejarah Islam
-
Iman
sebagai filter menjalankan fungsi dan aturan politik yang digunakan
Peran
Iman dan Taqwa di dalam profesi yang di geluti oleh seseorang adalah suatu
profesi atau kedudukan yang dimiliki dengan di imbangi oleh Iman dan Taqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa karena jika memiliki profesi harus di imbangi dengan
ke imanan.
Etos
kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang
bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Bagaimana umat Islam
dapat berhasil dan sukses dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Bekerja di
dunia, bagi umat Islam merupakan bekal di akhirat kelak. Hidup di surge
merupakan tujuan dan impian kesuksesan setiap umat Islam. Jadi ummat Islam
tidak cukup hanya melakukan ibadah kepada Allah dan Rasul saja, tetapi juga
dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa Bekerja sebagaimana yang ditentukan Allah.SWT. Terkait dengan hal
ini, Rasul bersabda:
“Yang dinamakan
iman itu ialah apabila kau meyakini di dalam hati, menyatakan dengan lidah, dan
melaksanakannya dengan perbuatan” (Al hadits).
Iman
kepada Allah tidak hanya yakin didalam hati dan mengucap dalam perkataan,
tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak
menghendaki para pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa
bekerja, usaha untuk mencari rejeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan
jelek dan mendatangkan siksa.
Islam mendidik pengikutnya agar
cinta bekerja sebagaimana firman Allah:
“Apabila telah ditunaikan sholat, maka
beterbaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (QS Al-Jumuah:10).
Terlihat jelas bahwa Allah
menghendaki umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari karunia /rejeki dari
Allah. Dan dalam ayat ini, Allah menghendaki supaya umat Islam dalam bekerja
mendapatkan untung, atau keberhasilan.
Islam
memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban dalam kehidupannya. Dengan
bekerja manusia dapat mengambil manfaat dari kehidupan dan manfaat dari
masyarakat. Islam benci pengangguran, kemalasan dan kebodohhan, karena hal
tersebut merupakan penyakit yang lambat laun dapat mematikan kemampuan fisik
dan berfikir manusia. Rasullah bersabda:
“Janganlah sekali-kali diantara kalian ada
yang duduk-duduk engan mencari karunia Allah, sambil berdoa, “Ya Allah,
limpahkanlah karunia kepadaku”, padahal ia telah mengetahui bahwa langit tidak
pernah menurunkan hujan emas dan perak” (HR Bukhari Muslim).
Hikmah dari sabda Rasul tersebut,
bahwa untuk mencapai atau mendapatkan rejeki dari Allah tidak cukup hanya duduk-duduk
dan berdoa. Dalam mencapai kesuksesan, Islam bukan hanya membenci orang yang
malasdan menganggur, tetapi menghendaki umat Islam untuk bekerja, bahkan bekerj dengan keras. Islam tidak menghendaki
umatnya menjadi peminta-minta terhadap orang lain. Umat Islam mampu mandiri,
mencukupi kebutuhan dengan usaha keras.
KESIMPULAN
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa iman
adalah hal terpenting yang harus kita miliki di tengah jaman yang semakin maju
ini, dimana cobaan dan godaan akan terus datang. Sehingga mempelajari tentang
keimanan dan ketakwaan ini sangat di butuhkan.
Keimanan dan ketakwaan juga wajib untuk
dilakukan agar kita dapat memfilter diri sendiri agar tidak terjerumus dalam
hal-hal yang negatif, Selain itu ibadah kita juga akan meningkat, karena kita
akan terus mengingat Allah SWT.
Dari sini kita juga dapat mengukur sampai
dimana keimanan dan ketakwaan yang kita miliki, kita juga dapat melihat apakah kita
sudah menerapkan keimanan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan dan ketakwaan akan terwujud secara
simbang jika kita percaya bahwa apa yang kita terima selama ini dari Allah
semata, maka kita patut mensyukurinya.
Dan apa yang kita lakukan akan mendapat balasan dari Allah SWT.
Selalu berbuat baik dan membantu sesama merupakan
tolok ukur bagi kita sampai dimana ketakwaan dan keimanan yang kita miliki.
Jika kita sudah rajin menyedekahkan sebagian harta kita yang kita cintai maka
insyaAllah keimanan kita sudah termasuk dalam golongan yang baik.
Begitu banyak manfaat yang dapat kita ambil
dalam makalah ini, semoga makalah ini dapat menjadi jalan untuk renungan kita
dan sebagai jalan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Azyumardi
Azra, Prof, Dr, dkk. Pendidikan Agama Islam, 2002.
Hamilton
Sir A.R.Gibb, Islam dalam lintasan sejarah, Bhratara karya aksara, Jakarta-New
York, 1949
Srijonti,
Purwanto S.K & Pramono Waahyudi. Etika membangun masyarakat islam modern,
Graha Ilmu, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar