BAGIAN 1
PERPUSTAKAAN SEBAGAI
SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI
Perpustakaan sebagai pusat informasi berisi wadah-wadah informasi antara
lain buku, bahan kartografi, manuskrip, musik, rekaman suara, gambar hidup dan
rekaman video, bahan-bahan grafis, berkas computer, bentuk micro, terbitan
berkala dan lainnya dikoleksi oleh perpustakaan karena mengandung informasi
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan teknologi dan kebudayaan. Koleksi
perpustakaan diatur dengan cara
sistematis dan disediakan agar informasi itu dapat ditemukan dengan
cepat, dan akurat pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu di perpustakaan
diperlukan adanya sistem temu kembali informasi.
Menurut Lauren B. Doyle dalam bukunya “Information retrieval and
processing” menggambarkan betapa eratnya hubungan antara proses
pengaturan informasi dengan pencarian kembali informasi di perpustakaan, yang
digambarkan dalam skema berikut ini :
INPUT OUTPUT
Characterization
& Organization Matching and Delivery
Komponen-komponen
system informasi terdiri atas :
- Printed data
- Index atau condensed representation
- File
- User
THE INFORMATION FRAME WORK
Adapun proses yang berlangsung dalam system itu adalah Analysis dan retrieval.
Keempat komponen dan proses yang
berlangsung dalam system informasi juga ada dalam perpustakaan, hanya berbeda
dalam penggunaan istilahnya.
Printed
data adalah semua dokumen yang merupakan koleksi
perpustakaan.
Analysis di perpustakaan mencakup kegiatan
pengatalogan deskriptif dan pengatalogan subyek/ pengindeksan subyek.
Index atau condensed representation adalah
sistem katalog atau katalog perpustakaan yang merupakan wakil ringkas koleksi
perpustakaan.
File adalah susunan atau jajaran koleksi
perpustakaan.
User adalah pemakai perpustakaan yang
memerlukan informasi.
Retrieval adalah proses temu kembali dengan
cara menelusur katalog atau susunan koleksi.
Pada bagian masukan (input)
pada system itu berlangsung proses pengindeksan yang mencatat ciri-ciri dokumen
sehingga diperoleh wakil ringkasnya dan menyusun dokumen dalam jajaran, serta
wakil ringkas dokumen dalam system katalog.
Pada bagian luaran (output)
berlangsung proses temu kembali lewat penelusuran untuk mencocokkan apa yang dikehendaki
pengguna melalui katalog dan jajaran koleksi. Katalog dan susunan koleksi
merupakan sarana temu kembali dokumen yang terdapat dalam koleksi perpustakaan.
Betatapun besar dan lengkapnya koleksi perpustakaan, tidak akan ada
artinya jika dokumen yang relevan dengan suatu permintaan tidak diketahui
tempatnya atau tidak dapat ditemukan kembali. Mengingat hal itu perpustakaan
harus membangun sarana temu kembali yang terdiri dari jajaran koleksi dokumen
dan system katalog.
Pendekatan langsung ke jajaran koleksi dokumen memiliki beberapa
kelemahan, jika digunakan sebagai sarana temu kembali, antara lain :
1)
Penelusuran
hanya dapat dilakukan pendekatan tunggal.
Jika dokumen disusun menurut subyek,
pencarian kembali tidak dapat dilakukan melalui pendekatan pengarang dan judul
dokumen bersangkutan. Demikinan pula sebaliknya.
2)
Dokumen-dokumen
yang tergolong dalam satu kelas kemungkinan tidak dapat ditempatkan dalam satu
urutan karena bentuk fisik dokumen yang berukuran terlalu tebal atau tinggi,
sehingga terjadi susunan terputus.
Untuk mengatasi keterbatasan pendekatan
langsung ke jajaran koleksi dokumen,
perpustakaan harus membangun suatu system katalog. Katalog sebagai sarana temu
kembali dokumen memungkinkan untuk dilakukan pendekatan berganda terhadap
koleksi perpustakaan, yaitu :
1)
Untuk
mengetahui dokumen bila diketahui
a)
pengarangnya
b)
judulnya,
atau
c)
subyeknya
;
2)
Menunjukkan
karya apa saja yang ada di perpustakaan yang :
a)
merupakan
karya pengarang tertentu
b)
mengenai
subyek tertentu (dan yang berkait)
c)
dalam
jenis atau bentuk tertentu
3)
Membantu
dalam pemilihan dokumen yang berkenaan dengan
a)
Edisinya
b)
Sifatnya
(karya sastra atau bukan)
Charles Ammi Cutter (1876)
BAGIAN 2
PROSES PENGATALOGAN
Efektifitas dan efisiensi proses temu balik informasi di perpustakaan
tidak hanya ditentukan oleh kualitas deskripsi bibliorafi, standar-standar
(kode pengatalogan dan bahasa indeks) yang digunakan, ketelitian pengatalog
dalam menerapkan standar tersebut, akan
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain :
1 Kebijakan dan keputusan-keputusan yang
bersifat local, dan pengawasan terhadap semua jajaran (file) dan rekaman atau
catatan (records) lain agar proses pengatalogan selalu ditunjang oleh data yang
up to date.
2 Pengaturan tata kerja yang efisien untuk tiap
tahap proses pengatalogan, termasuk pemilihan serta pengaturan berbagai bentuk
kerjasama.
3 Pengawasan terhadap katalog agar katalog
dapat berfungsi sebagai sarana temu balik
yang akurat dan efektif.
Pengatalogan terdiri atas 2 jenis kegiatan ( deskripsi bibliografi dan
pengindeksan subyek). Kedua kegiatan ini dibagi lagi atas beberapa kegiatan.
Pengatalogan deskriptif mencatat semua ciri fisik dan bibliografi penting yang
perlu untuk identifikasi dokumen. Sedangkan kegiatan lainnya berupa penentuan
titik temu non subyek (pengarang, judul, seri dsb.) dan bentuk titik temu atau
tajuk tersebut, serta pembuatan acuan-acuan dari bentuk yang tidak dipilih
sebagai tajuk ke tajuk yang dipilih.
Pendekatan melalui subyek biasanya tercapai melalui dua cara yang saling
melengkapi yaitu (1) susunan di rak dan (2) istilah-istilah
terpilih. Cara yang pertama hanya terlaksana apabila perpustakaan menyusun
dokumen berdasarkan penempatan relative. Unsur pertama nomor panggil (Call
Number) terdiri atas notasi yang diambil dari suatu bagan klasifikasi. Cara
kedua ialah memilih istilah-istilah yang mewakili subyek dokumen dengan
menggunakan suatu daftar tajuk subjek atau thesaurus. Acuan-acuan yang perlu
dibuat yakni istilah-istilah yang mungkin digunakan oleh pemakai dalam
penelusuran informasi ke tajuk yang
telah ditetapkan.
Berbagai kebijakan, prosedur, jajaran (file), dan rekaman yang
mempengaruhi proses pengatalogan, catalog dan efisiensi serta efektifitas
catalog sebagai sarana temu kembali informasi adalah sebagai berikut :
1)
Daftar
pengrakan (shelflist)
Daftar
pengrakan adalah daftar dokumen yang ada di koleksi suatu perpustakaan disusun
menurut lokasi dokumen di rak.
Fungsi daftar
pengrakan antara lain : (a) Sebagai sarana yang amat penting untuk
inventarisasi atau stock opname yaitu proses pengecekan secara terjadwal untuk
mengetahui dokumen apa/mana yang benar-benar
ada dalam koleksi; (b)Sebagai alat bantu klasifikasi untuk perpustakaan
yang meng- gunakan sistem katalog berabjad dengan penempatan relative; (c)
Sebagai sarana pemantauan keseimangan koleksi menurut bidang subyek; (d)
Sebagai pengendali nomor panggil yakni apakah dokumen baru sudah pernah
diberikan pada dokumen lain agar tidak ada dua dokumen dengan nomor panggil
yang identik; mengingat pentingnya fungsi daftar pengrakan maka harus
ditempatkan di ruang yang aman, biasanya di ruang kerja para petugas
perpustakaan.
2)
Daftar
(jajaran) pengendali (Authority file)
Daftar
kendali merupakan dokumen yaitu daftar nama orang atau badan yang ditetapkan
sebagai tajuk di perpustakaan. Suatu
perpustakaan harus mempunyai daftar pengendali karena untuk menjaga keseragaman
dan ketaatasasan dalam tajuk yang digunakan dalam katalog. Fungsi daftar pengendali adalah menyeragamkan dan mengendalikan
tajuk-tajuk nama dan subyek, serta acuan-acuan yang digunakan di katalog
perpustakaan. Dalam daftar pengendali nama (name authority file) dalam satu
jajaran sisusun disusun tajuk pengarang, badan korporasi dan nama geografi yang
dalam suatu katalog digunakan sebagai tajuk entri utama, entri tambahan, entri
analitik maupun subyek. Nama pengarang dan bentuknya sebagai tajuk ditentukan
dengan menggunakan peraturan AACR2. Jika
terdapat permasalahan karena pengarang meggunakan lebih dari satu nama, atau
satu nama dengan berbagai vareasi maka pengatalog perlu menelusur lebih banyak
informasi seperti Katalog Induk Nasional, daftar tajuk nama pengarang yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, direktori atau kamus biografi yang
dapat diandalkan. Sumber-sumber yang dijadikan dasar untuk memilih tajuk serta
acuan-acuan yang dibuat dicatat pada cantuman pengendali. Dalam katalog
kolokatif (katalog tak langsung) semua karya seorang pengarang, apapun nama
yang terdapat dalam halaman judul dibuat dalam tajuk seragam sesua peraturan
yang terdapat dalam daftar tajuk nama-nama pengarang yang berlaku sehingga akan
terkumpul dalam satu tempat di katalog.
Contoh
daftar pengendali (dalam catalog kolokatif)
PANE, ARMIJN, 1908-1969
x Armijn Pane, 1908-1969
x Adinata (pseu), 1908-1969
x Djiwa, A (pseu), 1908-1969
x Empe (pseu), 1908-1969
x Karnoto (pseu), 1908-1969
x Mada, A (pseu), 1908-1969
x Pandji
A. (pseu), 1908-1969
x Armiyn Pane, 1908-1969
Sumber :
Daftar Tajuk Kendali nasional Nama pengarang Indonesia, 2006.
Berbeda dengan perpustakaan yang menganut kebijakan “no conflict” (katalog langsung), yakni yang
dipakai sebagi tajuk menurut nama yang ditemukan pada karya yang bersangkutan,
apabila dalam perpustakaan ada karya lain dari pengarang yang sama tetapi
menggunakan nama lain, maka dibuat acuan silang (acuan lihat juga) dari satu
nama ke nama lain.
Contoh : PANE, ARMJN,
1908-1969
x Armjn
Pane, 1908-1969
xx KARNOTO
(PSEU), 1908-1969
xx EMPE
(PSEU), 1908-1969
Daftar Tajuk Kendali Nasional Nama-nama
Pengarang Indonesia, 2006.
Cantuman untuk daftar pengendali subjek dibuat
berdasarkan daftar tajuk subjek umum seperti Sears List of Subject Heading,
Library of Congress Subject Heading, Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan Indonesia
atau daftar tajuk khusus (untuk bidang atau bentuk tertentu) sesuai kebutuhan
perpustakaan.
Contoh
:
AKTA KELAHIRAN
x Surat kelal lahir
xx CATATAN SIPIL
Daftar Tajuk Subyek untuk
Perpustakaan
3)
Lembar
kerja (worksheet)
Penggunaan
lembar kerja dimaksudkan untuk memperlancar proses pengatalogan. Lembar kerja
dibuat dalam bentuk daftar isian yang mencakup semua bidang dan unsur deskripsi
bibliografi, tajuk subjek dan data lain yang perlu dicatat. Lembar kerja dapat
pula berupa lembar isian yang muncul pada layar monitor komputer bila proses
pengatalogan dilakukan dengan bantuan komputer.
Lembar kerja berfungsi selain untuk mempercepat proses pengatalogan,
juga dapat mencegah adanya data terlewatkan karena kurang telitinya pengatalog.
4)
Pengatalogan
analitik (analytical cataloguing)
Pengatalogan
analitik yaitu pengatalogan bagian-bagian dokumen. Misalnya suatu majalah berisi
enam artikel mengenai topic berbeda maka pengatalog membuat satu entri untuk
tiap judul atau tiap topic disamping
entri komprehensif (entri untuk seluruh majalah). Katalog analitik berfungsi
sebagai indeks yang memungkinkan akses pada satuan-satuan yang lebih kecil dari
satuan yang lazim dikerjakan untuk katalog perpustakaan. Suatu entri analitik dibuat apabila suatu
dokumen terdapat bagian-bagian yang penting karena hasil karya pengarang
penting, mencakup subyek yang banyak diminati, atau merupakan judul yang banyak
dicari pengguna. Walaupun sangat bermanfaat, setiap perpustakaan harus
mempertimbangkan baik-baik apakah pembuatan entri analitik benar-benar perlu
dan dapat dipertanggung jawabkan. Apakah waktu, biaya dan tenaga yang
diperlukan seimbang dengan manfaat yang diperoleh.
5)
Pengatalogan
terbatas (limited cataloguing)
Tujuannya adalah untuk penghematan.
Terdapat dua jenis pembatasan atau
pengurangan
a. Selective cataloging yaitu mengurangi
atau membatasi jumlah entri yang dibuat untuk satu dokumen atau bahkan sama
sekali tidak membuat entri tertentu.
b. Simplified cataloging yaitu mengurangi
atau menyederhanakan pengatalogan deskriftif.
Membuat
catalog yang lengkap dan rinci bukan suatu yang mudah dan murah, sedangkan
hasilnya belum tentu diperlukan dan dimanfaatkan oleh pengguna.
Kebijakan
membatasi pengatalogan harus dipertimbangkan dengan melihat berbagai hal,
misalnya :
a.
Jenis
perpustakaan
b.
Pemakai
dan kebutuhan mereka
c.
Staf
perpustakaan : jumlah, kualifikasi, pengalaman, pembagian tugas.
d.
Sistem
pelayanan
e.
Koleksi
: karya fiksi, buku anak, pamphlet mungkin tidak perlu dibuat katalog.
f.
Sarana
bibliografi lain
g.
Otomasi
perpustakaan
h.
Kerjasama
dengan perpustakaan lain dalam
pengatalogan.
Pembatasan
atau penyederhanaan pengatalogan yang tidak dipertimbangkan dengan baik hanya
akan menghasilkan penghematan semu, dan penurunan mutu pelayanan. Mungkin beban
kerja pengkatalog berkurang, tetapi beban kerja petugas bagian referens atau
bagian sirkulasi bertabah karena pengguna sulit mendapatkan dokumen yang
dikehendaki yang akhirnya minta bantuan petugas. Demikian pula dalam pengadaan
kemungkinan banyak terjadi duplikasi karena terlampau ringkas untuk lkeperluan
verifikasi.
6)
Kerjasama
dalam pengatalogan atau pengolahan
Kerjasama
pengolahan menghasilkan banyak manfaat seperti : kelancaran dalam proses
pengolahan, mencegah duplikasi kerja, memungkinkan penghematan, serta
meningkatkan kualitas pengatalogan. Pengatalogan yang dilakukan sendiri secara
keseluruhan (Original Cataloging) hanya akan dilakukan apabila untuk dokumen
itu tidak diperoleh cantuman bibliografi yang telah siap pakai, lewat badan
atau lembaga yang melakukan pengatalogan terpusat (centralized cataloging),
jaringan kerja sama (network), atau suatu pusat layanan regional (bibliographic
utility).
Original
cataloging memakan banyak waktu dan harus dilakukan oleh tenaga professional,
sehingga perpustakaan yang senantiasa mendapat tambahan koleksi dalam jumlah
besar tidak akan dapat menyiapkan bahan pustakanya dengan cepat. Jalan
keluarnya ialah melalui : centralized cataloging, copy cataloging atau
distributed cataloging.
7)
Copy
cataloging
Copy
cataloging atau derived cataloging adalah pengatalogan yang dikerjakan dengan
menjiplak cantuman bibliografi dari sarana bibliografi atau sumber lain yang
dapat diandalkan kualitasnya. Perpustakaan yang masih menggunakan system manual
dapat melakukan copy cataloging dengan memanfaatkan catalog induk nasional
(National Union Catalog); yang menjadi masalah
yakni harus menungu sampai berapa lama
katalog induk nasional itu terbit dan entri katalog untuk dokumen bersangkutan
dimuat didalamnya. Pada tahun 1971 LC telah memprakarsai pencantuman data
bibliografi pada halaman verso lewat program CIP (Catalog in-Publication).
Sekarang program ini telah diikuti oleh banyak Negara termasuk Indonesia.
Penerbit mengrim buram buku yang sudah siap cetak (Galley proofs) dan data lain
ke perpustakaan yang telah ditunjuk misalnya : perpustakaan nasional, badan
bibliografi besar atau perpustakaan besar. Setelah dilakukan deskrifsi
bibliografi, ditentukan notasi kelas dan tajuk subyek dikirim kembali ke
penerbit untuk dicetak di halaman verso.
Perpustakaan yang membeli buku baru, sekaligus mendapatkan data bibliografi
yang dapat dikutip untuk pembuatan katalognya.
Perkembangan
teknologi membuka jalan untuk metode copy cataloging baru yang lebih efisien.
Format MARC (MAchine-Readable Cataloguing = pengatalogan yang terbacakan mesin)
yang dikembangkan di Amerika Serikat pada akhir tahun 60-an memungkinkan pengolahan
data bibliografi dengan bantuan komputer.
MARC kemudian menjadi standar internasional, yang dikembangkan lebih
lanjut di berbagai negara di Erppa dan Asia. Indonesia
mengembangkan format INDOMARC. MARC merupakan suatu format komunikasi yang
memungkinkan pertukaran data bibliografi antar perpustakaan untuk berbagai
tujuan. Dengan adanya MARC cantuman bibliografi LC (yang sekarang senuanya
berformat MARC) dapat disebarluaskan dengan lebih cepat, misalnya lewat rekaman
di CD ROM.
8)
Distributed
cataloging
Bentuk
kerjasama baru : distributed cataloging atau cooperative cataloging dapat mucul
dengan hadirnya computer dan sarana telekomunikasi. Dalam bentuk kerjasama ini
terdapat badan yang sekarang dikenal dengan bibliographic utility, atau pusat
layanan regional; yang memiliki computer-komputer, dan bertindak sebagai pusat
dimana tersimpan suatu pangkalan data bibliografi terpasang (Online
Bibliographic Database : semacam catalog induk yang terdiri atas cantuman
berformat MARC) yang dikembangkan dan dimanfaatkan secara bersama oleh
semua perpustakaan yang menjadi anggota
jaringan kerjasama. Perpustakaan yang tergabung dalam jaringan kerjasama wajib
mencantumkan cantuman baru dan berhak menggunakan cantuman yang sudah ada dalam
pangkalan data bibliografi bersama. Setiap saat perpustakaan mendapat buku
baru, ia menghubungi pusat jaringan melalui computer (hubungan online) untuk
mengecek apakah dalam pangkalan data bersama telah ada cantuman bibliografi
untuk buku tersebut. Bila sudah ada, ia dapat memesan cantuman tersebut.
Pesanan dapat dalam bentuk kartu atau bentuk rekaman untuk di down load ke
dalam pangkalan yang tersimpan dalam komputer perpustakaan. Jika belum ada
cantuman dalam pangkalan data besama, pengatalog harus membuat cantuman untuk
dokumen baru ke dalam pangkalan data bersama. Cantuman ini kemudian dapat
dimanfaatkan oleh perpustakaan lain yang baru belakangan mempunyai dokumen
tersebut.
9)
Tata
susunan entri catalog
Entri-entri
katalog baik dalam katalog kartu atau bentuk microform harus disusun menurut
suatu tata susunan tertentu yang diterapkan dengan akurat dan konsisten. Temu
balik informasi dalam system yang maih manual sangat terpengaruh oleh tata
susunan entri-entri.
Ada beberapa kode (filing code) yang
mengatur tata susunan antar lain :
a.
Cutter
Rules for a Dictionary Catalog
b.
ALA Filing Rules 1980
c.
British
Standard (BS) 1749 : Recommendations for alphabetical arrangement and the
filing order of numerals and symbols.
d.
The
Filing Rules for Dictionary Catalogue of the Library of Congress (1956 ; 1971)
e.
Library
of Congress Filing Rules 1980
f.
BLAISE
Filing Rules (1980)
10)
Perawatan
katalog
Perawatan
katalog (catalog maintenance)termasuk asalah satu kegiatan yang harus dilakukan
dengan rutin agar catalog tetap berfungsi sebagai sarana temu kembali informasi
yang efisien dan efektif. Entri katalog baru dan entri yang direvisi harus
disusun secepat mungkin, sesuai dengan kode tata susun yang berlaku di suatu
perpustakaan. Jika suatu dokumen hilang atau dikeluarkan dari koleksi, semua
entri yang mewakili dokumen tersebut harus dicabut. Apabila terdapat kesalahan
harus segera diperbaiki. Kartu catalog
yang sobek, kotor atau lusuh harus segera diganti dengan yang baru. Setiap laci
katalog harus diberi label yang jelas dan up to date. Jika isi laci berubah
maka label segera disesuaikan. Kartu pemandu (guide card) harus cukup tersedia
yang disisipkan diantara entri-entri katalog.
11)
Alur
kerja dalam proses pengatalogan
Setelah
dokumen –dokumen diberi tanda kepemilikan perpustakaan dan nomor induk
(accessioning), dokumen harus dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok agar
proses pengatalogan berlangsung lebih lancar. Setiap perpustakaan harus
menentukan pengelompokan yang paling praktis baginya. Biasanya setiap dokumen
yang akan dikoleksi dilakukan verifikasi kedalam shelflist atau pangkalan data.
Dokumen yang baru dipisahkan dari dokumen yang merupakan copy tambahan. Mungin
perlu diadakan pengelompokan dokumen yang harus segera dikerjakan (kelompok
ekspres) dan kelompok rutin. Perlu pengelompokan berdasarkan format yakni
dokumen bentuk tercetak dan tak
tercetak.
Proses
pengatalogan tidak perlu dilakukan oleh orang yang sama. Ada tugas yang harus dilakukan oleh tenaga
professional, tenaga teknisi, dan tenaga klerikal karena tiap tugas diperlukan tingkat
pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang berbeda beda. Setelah
proses accessioning, pengelompokan dilakukan oleh tenaga professional.
Kegiatan
original cataloging sistem manual mencakup kegiatan sebagai berikut :
a.
Deskripsi
bibliografi
b.
Pengindeksan
subyek
c.
Menyiapkan
dokumen
d.
Pengetikan
e.
Pemeriksaan
master copy
f.
Penggandaan
master copy dan penambahan tajuk entri tambahan
g.
Pengrakan
dokumen
h.
Penjajaran
kartu katalog.
12)
Pedoman
kerja untuk bagian pengatalogan
Setiap bagian
pengatalogan mutlak perlu adanya pedoman tertulis untuk mencegah
ketidakseragaman, dan kesalahfahaman yang akan menghambat proses pengatalogan.
Pedoman kerja akan sangat mempengaruhi kualitas produk pengatalogan. Pedoman
ini berguna bagi seluruh staf, baik yang baru maupun lama. Staf lain seperti di
bagian sirkulasi dan referensi juga memerlukan pedoman kerja ini karena dengan
mengetahui kebijakan, peraturan dan kebiasaan yang berlaku dalam proses
pengatalogan serta pertimbangan yang mendasari berbagai keputusan mereka akan
lebih trampil menggunakan katalog untuk membantu pengguna dalam penelusuran.
Garis besar pedoman kerja
a.
Alur
kerja
b.
Jumlah
dan jenis katalog yang harus ada
c.
Kerjasama
dengan perpustakaan lain
d.
Sistem
katalog
e.
Pengatalogan
deskriptif
f.
Pengindeksan
subyek
g.
Tata
susunan entri katalog
h.
Proses
pembuatan kartu katalog
i.
Perawatan
katalog
j.
Contoh-contoh
kartu katalog
k.
Jadwal
untuk revisi pedoman
Banyak sedikitnya materi
pedoman kerja tergantung dari situasi dan kondisi perpustakaan yang
bersangkutan. Dalam proses pengatalogan terdapat masalah yang kompleks, dengan
melibatkan banyak orang memungkinkan terjadinya kekeliruan yang sangat besar.
Walaupun pedoman kerja tidak dapat menjamin catalog yang sempurna, setidaknya
dapat menekan sedikit mungkin kesalahan akan terjadi.
Bagian 3
MENGENAL PEDOMAN
PENGATALOGAN
1. ANGLO AMERICAN CATALOGUING
RULES, 2nd edition 1998 Revision
1)
Part
I : Description
Introduction
Bab
1 : General Rules for Description
Bab
2 : Books, Pamphlets and Printed
Sheets
Bab
3 : Cartographic Materials
Bab
4 : Manuscripts ( including
Manuscripts Collections )
Bab
5 : Musics
Bab
6 : Sound Recordings
Bab
7 : Motion pictures and video
recordings
Bab
8 : Graphic Materials
Bab
9 : Computer Files
Bab
10 : Three Dimentional, Artefacts and Realia
Bab
11 : Microforms
Bab
12 : Serials
Bab
13 : Analysis
2)
Part II : Headings, Uniform Title, and
References ( 6 Bab)
Introduction
Bab
21 : Choice of acces points
Bab
22 : Headings for persons
Bab
23 : Geographic Names
Bab
24 : Heading for Corporate Bodies
Bab
25 : Uniform Titles
Bab
26 : References
3)
Appendices
A.
Capitalization
B.
Abbreviations
C.
Numerals
D.
Glossary
4)
Index
GENERAL
RULES FOR DESCRIPTION
1.0
GENERAL RULES
1.0A Sources of information
1.0B Organization of the description
1.0C Punctuation
1.0D Levels of detail in the
description
1.0D1. First level of descrition
1.0D2. Second level of description
1.0D3. Third level of description
1.0E Language and script of the
description
1.0F Inaccuracies
1.0G Accents and other
diacritical marks
1.0H Items with several chief
sources of information
1.1
Title
and statement of responsibility area
1.2
Edition
area
1.3
Material
(or type of publication) specific detail area
1.4
Publication,
distribution, etc, area.
1.5
Physical
description area
1.6
Series
area
1.7
Note
area
1.8
Standard
number and terms of availability area
1.9
Suplementary
items
1.10
Items made up of several type of
material
1.11
Facsimiles, photo copies, and other
reproductions
2. PERATURAN KATALOGISASI ONDONESIA
Pengantar
Umum
BAGIAN 1 : DESKRIPSI BIBLIOGRAFIS
BAB I PUBLIKASI MONOGRAFIS
- Peraturan Umum
- Bidang judul dan ketarangan pengarang
- Bidang Edisi
- Bidang impresum (penerbit dan destribusi)
- Bidang kolasi (deskripsi fisik)
- Bidang seri
- Bidang catatan
- Bidang ISBN, jilid dan harga
BAB
II TERBITAN BERSERI
- Peraturan Umum
- Bidang judull dan keterangan penanggung jawab
- Bidang Edisi
- Bidang Penomoran
- Bidang publikasi dan distribusi
- Bidang deskripsi fisik
- Bidang Seri
- Bidang Catatan
BAB III BAHAN-BAHAN KARTOGRAFIS
16.1. Peraturan-peraturan umum
16.2. Bidang judul dan keterangan
penanggung jawab
16.3. Bidang edisi
16.4. Bidang data matematik
16.5. Bidang publikasi, distribusi, dsb.
16.6. Bidang deskriosi fisik
16.7. Bidang seri
16.8. Bidang catatan
16.9. Nomor standard an harga
16.10. Bahan-bahan suplemen
BAB
IV BAHAN-BAHAN BUKAN BUKU
Peraturan-peraturan umum
- Bidang dan keterangan penanggung jawab
- Bidang Edisi
- Bidang Penerbitan dan destribusi
- Bidang deskripsi fisik
- Bidang Seri
- Bidang catatan
- Bidang Nomor standar (atau alternative) dan syarat pengadaan
BAGIAN II : TAJUK, JUDUL SERAGAM & ACUAN
BAB V PENENTUAN TAJUK ENTRI UTAMA DAN ENTRI TAMBAHAN
- Karya pengarang tunggal
24.1.
Karya pengarang perorangan
24.2.
Karya pengarang korporasi
24.3.
Karya pengarang tak dikenal … (anonym)
24.4.
Karya bersama
24.5.
Karya kumpulan dan karya dibawah
impinan editor
24.6.
Karya campuran
24.7.
Karya-karya yang berhubungan
24.8.
Peraturan-peraturan khusus
24.8.1.
Peraturan perundang-undangan
24.8.2.
Perjanjian Internasional
24.8.3.
Karya peradilan
24.8.4.
Entri tambahan
BAB VI PENENTUAN TAJUK PENGARANG DSB.
- Tajuk untuk nama orang
25.1.
Pemilihan nama. Peraturan umum
25.2.
Pilihan diantara nama-nama yang
berlainan
25.3.
Pilihan diantara beberapa bentuk dari
nama yang sama
25.4.
Kata utama
25.5.
kata utama, nama keluarga
25.6.
Gelar-gelar kebangsaan, tradisional,
administratef dan keagamaan
25.7.
Tajuk frase
25.8.
Raja,
ratu, Kaisar, Sultan dsb.
25.9.
Gelas/sebutan
keagamaan
25.10. Tambahan pada tajuk untuk membedakan
orang-orang yang namanya
sama
25.11. Peraturan-peraturan
khusus untuk nama-nama dalam bahasa-bahasa
tertentu
26.
Nama-nama
geografi dalam tajuk
27. Tajuk untuk badan korporasi
27.1. Peraturan dasar
27.2. Vareasi
nama-nama badan
27.3. Tajuk
Badan yang diberi tambahan
27.4. Bagian dari nama badan yang dihilangkan dalam
tajuk
27.5. Tajuk
untuk badan-badan pemerintah
27.6. Badan-badan bawahan
27.6.6. Konferensi, pertemuan, rapat, dsb.
27.6.7. Stasiun radio dan Televisi
BAB VII JUDUL SERAGAM
28.1. Kegunaan judul seragam
28.2. Peraturan dasar
28.3. Entri tambahan dan acuan
28.4. Tajuk Individual
28.5. Karya lengkap
28.6. Karya-karya pilihan
28.8. Terjemahan
28.9. Kudul seragam untuk badan-badan khusus
28.10. Perjanjian, pakta, dsb.
28.11. Kitab suci
BAB VIII ACUAN (PENUNJUKAN)
29.1
Catatan pendahuluan
29.2 Peraturan dasar
29.21
Nama
perorangan
29.2.2
Nama Badan Korporasi dan geografi
29.3.
Judul
seragam.
LAMPIRAN
I : Daftar singkatan
LAMPIRAN
II : Contoh-contoh entri
LAMPIRAN
III : Daftar istilah katalogisasi dengan
definisinya
3. DEWEY
DECIMAL CLASSIFICATION (DDC)
Dewey Decimal Classification adalah
salah suatu pedoman untuk mengklasifikasi buku di perpustakaan menurut subyeknya. DDC merupakan bagan
klasifikasi tertua, diciptakan oleh Melvil Dewey (seorang pustakawan Amerika
pada tahun 1876), pertama kali terbit berjudul A Classification and Subject
Index for Cataloguing and Arranging the Books and pamphlets of a Library dengan
ketebalan 44 halaman. Edisi 2 keluar tahun 1885. Sejak keluarnya edisi ini
terjadi relokasi artinya pergeseran sebuah subyek dari suatu notasi ke notasi
lain. Setiap terbit edisi baru pergeseran notasi tidak dapat dihindari karena
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya relokasi
yang terus menerus (sekarang edisi 22) perlunya reklasifikasi terhadap koleksi
dokumen di perpustakaan sehingga menjadi masalah bagi pustakawan. Saat ini
Kantor Perpustakan Daerah Propinsi Jawa Tengah masih mengunakan Edisi lengkap
21 (1996), yang terbagi menjadi 4 jilid dengan warna sampul biru tua. Jilid 1
memuat Tabel-tabel, jilid 2 bagan dari notasi 000 - 500, jilid 3 bagan 600 –
900 sedang jilid 4 merupakan indeks.
Konsep dasar DDC
1) Sistem klasifikasi diberi nama decimal karena
mengatur semua pengetahuan yang tertuang dalam koleksi perpustakaan menjadi
sepuluh kelas utama (000 – 900), setiap kelas utama dibagi lagi menjadi sepuluh
divisi selanjutnya setiap divisi dibagi menjadi 10 seksi dan demikian pula
pembagian selanjutnya.
2)
DDC bersifat luwes yang menggunakan angka arab sehingga setiap terdapat
penambahan subyek baru dapat dilakukan model linier yang secara teoritis tanpa
batas.
3)
DDC menganut penempatan relatif, dokumen disusun menurut subyeknya, sehingga
setiap dokumen baru datang, dapat disisipkan diantara dokumen lama sepanjang
dokumen tersebut subyeknya berkaitan dengan dokumen lain.
4)
DDC bersifat Mnemonic, dalam DDC sering kali terdapat angka konsisten yang acap
kali digunakan untuk membentuk subyek. Mnemonic banyak digunakan untuk divisi
bentuk, divisi geografis, bahasa dan sastra.
Misalnya
: Bahasa Inggris menempati notasi 420 dan Kesusastraan Inggris = 820.
Puisi
Inggris = 821 sedangkan Puisi Perancis = 841.
Notasi
-1 menempati bentuk puisi
5).
Dalam indeks relative, berbagai subyek yang berkaitan dan sebuah subyek
dibahas dalam beberapa bidang studi
disatukan dalam satu lokasi.
Misalnya
: Iron 669.141
Applied nutrition 613.285
Biochemistry 572.517
Building construction 693.71
Building material 691.7
Chemical engineering 661.062 1
Chemistry 546.621
Economic geology 553.3
BAGAN DDC
Bagan
DDC terdiri dari serangkaian notasi bilangan (disebut nomor kelas) untuk kelas utama
dan semua perincian lanjutannya
yang disusun menurut prinsip-prinsip dasar DDC. Sistim Klasifikasi
Persepuluhan Dewey berusaha untuk menyusun semua subyek yang mencakup seluruh
ilmu pengetahuan manusia ke dalam suatu susunan sistematis dan teratur.
Pembagian 10 kelas utama adalah sebagai
berikut :
000 =
Generalities
100 =
Philosophy and psychology
200 =
Religion
300 =
Sosial sciences
400 =
Language
500 =
Natural sciences & Mathematics
600
= Technology (Applied sciences)
700 =
The arts Fine and decorative arts
800 =
Literature & rhetoric
900 =
Geography & history
Setiap kelas utama dibagi lagi secara
desimal menjadi 10 kelas (divisi);
300
= Social sciences
310 =
Collections of general statistics
320 =
Political sciences
330 =
Economics
340 =
Law
350 =
Public administration & military science
360 =
Social problems & services; association
370 =
Education
380 =
Commerce, Communications, transportation
390 =
Customs, etiquette, folklore.
Setiap divisi terbagi lagi menjadi 10
bagian yang disebut seksi; sehingga dari 10
divisi diperoleh 1000 seksi. dan
seterusnya.
ISTILAH-ISTILAH PENTING DALAM BAGAN
a. SUMMARY, yaitu tajuk yang agak terbatas
pembagiaannya. Pembagian yang lebih terperinci untuk masing-masing tajuk yang
terdapat dalam summary, terperinci lebih lanjut dalam bagan (uraian pada baris
berikutnya).
Contoh dalam subyek Microorganism, fungi, algae
579.01-09
Standard sub devision
.1 Specific
topic in natural history of micro organism, fungi, algae
.2 Viruses
and subviral ornanism
.3 Prokaryotes
(Bacteria)
.4 Protozoa
.5 Fungi Eumycophyta (True fungi)
.6 Mashrooms
.7 Lichens
.8 Algae
b. DEFINISI, adakalanya pada subyek tertentu
terdapat definisi yang memberikan batasan atau ruang lingkup suatu subyek.
Definisi ini sangat membantu untuk menempatkan suatu subyek, apakah sesuai atau
tidak pada notai tersebut.
Contoh :
633 Field and
plantation crops
Large-scale production of crops intended
for agricultural purposes or industrial processing other than preservation
c. CLASS HERE, adalah instruksi untuk menempatkan
disini. Instruksi ini sebagai penuntun untuk menentukan notasi suatu subyek
dibawah tajuk tersebut.
Contoh :
629
Orher brances of engineering
.183
Driving (Operation)
Class here driving private passenger
automobiles
d. AD TO BASE
NUMBER, instruksi untuk memperluas notasi suatu subyek dengan mengambil
pembagian dari subyek lain. Setelah instruksi ini diberi contoh perluasan
notasi tersebut.
Contoh :
629.284 Driving
vehicles other than internal-combustion passenger vihicles
Ad to base number
629.284 the number following 629.22 in
629.223-629.229, eg.
Driving trucks 629.2844
e. Acuan SEE,
merupakan penuntun untuk mempertimbangkan notasi lain.
Pada
subyek yang diikuti ‘acuan see’ harus mengikuti petunjuk atau menggunakan
notasi yang ditunjuk.
Contoh
:
627
. 72 Diving
Class here interdisciplinary work of
diving
For diving sports, see 797.2
f. Acuan
SEE ALSO, menunjukkan hubungan dua subyek yang notasinya dapat dipakai,
sehingga perlu untuk memeriksa notasi untuk dua subyek yang saling berhubungan
tersebut.
Contoh :
523
Specific celestial
bodies, and phenomena
.1 The Universe, galaxies, quasars
Class here cosmology
See also 523.8875 for black holes
f. RELOCATED TO,
Setiap ada pergantian edisi DDC banyak perubahan-perubahan dalam menempatkan
notasi untuk suatu subyek. Hal ini merupakan suatu keharusan karena DDC selalu
ingin mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Di depan notasi yang digunakan
untuk menempatkan suatu subyek terdapat istilah [formerly to] (tertulis dalam
tanda kurung siku.
Contoh :
633 Field
and plantation crops
[.001] Phylosophy
and theory
Relocated to 633.01
……………
.01 Phylosophy and theory [formerly 633.001]
g. Centered heading,
suatu konsep yang tidak dapat dinyatakan dalam satu notasi, dinyatakan dalam
sederetan notasi. Tanda segitiga atau anak panah mendahului notasi tersebut.
Contoh :
782. Vocal music
>
782.1 – 782.4 Vocal forms
Class here treaties
about and recordings of voval forms for specific voices and ensembles
782.1 Dramatic vocal forms Operas
782.2 Non Dramatic vocal forms
782.3 Services (liturgy and ritual)
782.4
Secular forms
h. OPTIONAL NUMBER,
PREFER merupakan instruksi pilihan atau alternative yang dikehendaki oleh DDC,
Contoh :
330.9 Economic situation and condition
330.91
Geographic treatment (Economic geography) by areas, region,
places in general.
…………………………
(Option :
Class in 910.13301)
i. Notasi yang terdapat dalam kurung
siku
618 Other brances of medicine Gyneconology and
obstetrics
[.028 7] Testing and
measurement
Do not use ; class in 618.0475
637 Processing dairy and related products
[.541]
Fresh chicken eggs
Number discontinued; class in 637.5
[756] [Unassigned]
Most recently used in Edition 19
j. Ad instructed under… , menunjukkan
subyek-subyek yang notasinya perlu untuk ditambahkan notasi tambahan
sebagaimana yang ditunjukkan dalam instruksi. Untuk subyek-subyek tersebut
diawali dengan tanda bintang (*) dan perintah ditempatkan pada catatan kaki.
Adakalanya perintahnya lain yaitu ‘Do not use notation 09/0289 from Table 1
class in …. . ‘ artinya tidak boleh menambahkan notasi 09 atau 0289 dari Tabel
1.
Contoh :
634.7
Berries, and herbaceous tropical and subtropical fruits
.71
Cane fruits (Rubus)
. 711 * Raspberries
.713 * Black berries
.714 * Logan
berries
…………………………….
* Add instructed under 633 – 635.
INDEKS RELATIF
Indeks
DDC, merupakan daftar tajuk dengan
princian aspek-aspeknya,
yang disusun secara
Alfabetis, dan memberikan
petunjuk berupa nomor kelas, yang
memungkinkan orang untuk menemukan tajuk (yang tercantum
dalam Indeks) pada bagan dan tabel-tabel. Pada Bagan, berbagai aspek dari suatu subyek terpisah-pisah letaknya ke dalam berbagai
disiplin ilmu, sedangkan di pada indeks, aspek-aspek suatu subyek
dukumpulkan bersama-sama di bawah tajuk
subyeknya, dan disertai indikator letaknya (notasi kelas) sesuai yang terdapat
dalam dalam bagan dan tabel. Oleh karena
penempatan aspek-aspek subyek yang tidak
tetap inilah maka indeks DDC
disebut Indeks Relatif. Dengan
kata lain bahwa tajuk dalam bagan disusun
secara sistematis dan
tajuk dalam indeks secara alfabetis. Perlu diperhatikan
bahwa kelas yang dicantumkan di belakang
tajuk atau aspek-aspeknya dalam setiap entri indeks benar-benar
hanya merupakan indikator saja, sehingga
orang harus membandingkannya
dengan nomor kelas pada bagan untuk mendapatkan nomor kelas yang
paling tepat.
TABEL-TABEL
Serentetan notasi yang saling berhubungan
dan menunjukkan berbagai konsep khusus, digunakan berulang-ulang dengan
berbagai subyek dan disiplin. Notasi dalam table-tabel tidak dapat berdiri
sendiri dan hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat
dalam bagan.
Dalam edisi lengkap (dalam bahasa Inggris) terdapat
2 macam tabel sebagai berikut :
1.
Tabel 1 – 7 [selalu ditunjukkan dengan huruf besar “ T
“]. terdaftar dalam volume 1 edisi ke-21 sebagai berikut :
n Table 1 Standard Subdivisions
n Table 2 Geographic Areas, Historical Period, Person
n Table 3 Subdivision for the Arts. For Individual
Literatures, for Specific Literary Form
Table
3-A. Subdivisions for Work by or about Individual Authors
Table
3-B. Subdivision for Works by or about More than One Author
Table
3-C. Notation to Be Added Where Instructed in Table 3-B, 700.4, 791.4, 808-809.
n Tabel 4 Subdivision of Individual Languages and
Language Families
n Tabel 5 Racial, Ethnic, National Groups
n Tabel 6 Languages
n Tabel 7 Groups of Persons
2. Serangkaian
notasi yang ditabulasikan yang didalamnya ditemukan catatan tambahan dibawah
notasi khusus dalam bagan dan biasanya terdapat dalam tabel 1 – 7.
4. DAFTAR TAJUK SUBYEK
UNTUK PERPUSTAKAAN
Sebenarnya
dalam kegiatan klasifikasi sangat erat hubungannya dengan kegiatan “Penentuan
Tajuk Subyek”. Hasil akhir kegiatan klasifikasi berupa angka atau notasi kelas
sedangkan dalam penetuan tajuk subyek berupa istilah atau kata-kata atau frase
yang mewakili subyek setiap bahan pustaka.
Kegiatan
pengatalogan subyek adalah mendaftar dalam suatu kata atau istilah atau frase
yang seragam disamping untuk akses informasi yang lengkap melalui subyeknya. Di
perpustakaan disediakan katalog judul dan pengarang adalah untuk memungkinkan
orang mengakses melalui judul tertentu dan pengarang tertentu dari suatu karya.
Demikian pula pengatalogan subyek adalah berfungsi untuk mengumpulkan
entri-entri katalog subyek yang berhubungan,
kedalam satu letak jajaran katalog subyek, sehingga memungkinkan orang
dapat melakukan temu kembali informasi melalui subyeknya.
Daftar
Tajuk Subyek merupakan daftar standar yang dipakai oleh para pustakawan dan
dokementalis sebagai dokumen untuk tajuk subyek dari karya-karya yang akan
dibuatkan entri subyek. Untuk membantu para pustakawan khususnya yang belum
menguasai betul pekerjaan klasifikasi dan penentuan tajuk subyek, pada setiap
tajuk subyek diberikan nomor klasifikasi.
Dari notasi kelas yang tercantum pada setiap tajuk yang ditemukan,
pustakawan dapat membandingkan notasi kelas yang terdaftar dalam bagan.
Banyak
daftar tajuk subyek yang dapat digunakan, khususnya di Indonesia dapat menggunakan pedoman Daftar
Tajuk Subyek Untuk Perpustakaan yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI.
Susunannya berdasarkan abjad kata demi kata dengan memperhatikan tanda baca
dalam menentukan urutan. Kata atau istilah yang dipakai sebagai tajuk tertulis
dalam huruf besar dengan diikuti notasi kelas.
Petunjuk lihat digunakan untuk menuntun pembaca dari satu tajuk yang
tidak dipakai sebagai tajuk subyek untuk suatu entri ke lain tajuk yang dipakai sebagai tajuk
subyek untuk entri; resiprokalnya tanda silang satu [ x ].
Contoh :
Pendidikan, Sosiologi lihat
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
307.1
x Pendidikan, sosiologi
Artinya istilah yang dipakai
sebagai tajuk subyek adalah SOSIOLOGI
PENDIDIKAN bukan Pendidikan, Sosiologi.
Petunjuk
“lihat juga” digunakan untuk menunjuk dari suatu tajuk subyek ke tajuk
subyek lain yang berhubungan dalam katalog. Pustakawan disarankan untuk
memeriksa dan memilih kata atau istilah mana yang dipakai sebagai tajuk;
barangkali kata atau istilah dibelakang acuan silang itu lebih tapat untuk
suatu karya yang sedang diolah. Contoh
: PENDIDIKAN – PENGAWASAN 379
xx PENDIDIKAN DAN NEGARA
PENDIDIKAN DAN
NEGARA 379
lihat juga
PENDIDIKAN
DAN PENGAWASAN
Untuk
memudakkahkan pemahaman mengenai penggunaan Daftar Tajuk Subyek Untuk Perpustakaan
dibawah ini disajikan sedikit kutipan yang diambil dari pedoman tersebut.
ABSENSI
(SEKOLAH) 371
xx
wajib belajar
Kurikulum lihat PENDIDIKAN – KURIKULUM
PENDIDIKAN –
KURIKULUM
375
xx
Kurikulum
PENDIDIKAN –
PENGAWASAN 379
xx
PENDIDIKAN DAN NEGARA
Pendidikan, Sosiologi lihat SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Pendidikan, Wajib lihat WAJIB BELAJAR
PENDIDIKAN DAN NEGARA 379
lihat
juga
PENDIDIKAN PENGAWASAN
WAJIB BELAJAR 379
lihat juga
ABSENSI
(SEKOLAH)
x
Belajar, Wajib
Pekerjaan penentuan Tajuk subyek selalu
bersaman dengan klasifikasi. Pada tahap awal bahan pustaka dilakukan analisis
subyek bahwa bahan pustaka itu mengenai
apa atau isinya apa; kemudian setelah menemukan konsep subyek (:bahasa alami)
perlu dilakukan penerjemahan kedalam bahasa indeks. Dalam penentuan tajuk
subyek, pustakawan melakukan penerjemahan ke Daftar Tajuk Subyek Untuk
Perpustakaan, yang akan menghasilkan kata atau istilah atau frase yang
mewakili masing-masing subyek bahan
pustaka.
5.
Pedoman lainnya
Untuk pustakawan ahli khususnya di Indonesia diharapkan dapat menggunakan ketiga
pedoman pengolahan dukumen antara lain : 1) Peraturan katalogisasi Indonesia
(untuk pengatalogan deskriptif), 2) DDC Edition 21 (untuk penentuan notasi
kelas dalam pengaltalogan subyek dan 3) Daftar tajuk Subyek untuk Perpustakaan
(untuk penetuan tajuk subyek). Untuk perpustakaan besar Kelas Agama Islam,
notasi yang terdaftar dalam DDC belum spesifik, dan dapat menggunakan notasi
perluasan untuk agama Islam dalam jilid tersendiri. Diharapkan pula memahami
penggunaan AACR 2nd 1998 Revision. Pedoman tersebut tidak perlu
dihafal, yang penting adalah memahami prinsip-prinsip penggunaan setiap
pedoman.
Adapun pedoman tambahan yang mungkin
diperlukan adalah : Kamus Inggris Indonesia, Kamus Indonesia-Inggris, Kamus
Besar Bahasa Indonesia serta Daftar pengendali untuk tajuk dan bentuk tajuk
nama-nama pengarang Indonesia.
Semua pedoman itu selalu berada ditempat
pengatalog yang selalu siap digunakan untuk melakukan pekerjaan pengatalogan.
DAFTAR PUSTAKA
Anglo American Cataloguing Rules.
Prepared under the direction of the
Joint Sreering Committee for Revision of AACR. 2nd Ed. 1998
Revision. Ottawa : Canadian Library Association.
Dewey, Melvil
Dewey Decimal Classification and
Relative Index / Revised by Melvil Dewey ; Edited by
Joan S. Mitchel ; Editor Julianne
Beall. New York : Forest
Press, 1996.
Irma Utari Aditirto.
Deskripsi bibliografi bahan non
buku : Ringkasan peraturan AACR2 (dengan suplemen AACR2 Edisi 1988). Jakarta
: [JIP UI], 1989.
Needham,
C.D.
Organizing knowledge in libraries.
2nd rev. ed. London : Deutsch, 1971.
Tairas
Daftar Tajuk Subyek untuk Perpustakaan : Edisi ringkas.
/ Tairas dan Soekarman K. Jakarta : Perpustakaan Nasional Repulik Indonesia,
2000.
Towa P. Hamakonda
Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.
Towa P hamakonda dan JNB Tairas. Jakarta
: Gunung Mulia, 2002.
Wynar, Bohdan S.
Introduction to cataloging and
classification. 6TH ed. Littleton,
Colorado : Libraries
Limited, 1980.
Zulfikar
Zen
Buku kerja Dewey Decimal
Classification. Edisi 19. Jakarta
: Jurusan Ilmu Perpustakaan FS UI, 1990.
Tulisan yang bagus. dapat menyegarkan kembali pengetahuan bagi pustakawan, dan dapat menambah pengetahuan bagi yg awan terhadap ilmu perpustakaan. terima kasih, saya senang membacanya. Nyesss.
BalasHapus